 |
Ilustrasi Tsunami |
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
menyatakan selatan Jawa Timur berpotensi dilanda gempa dan tsunami besar.
Menurut kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, potensi
itu akibat keberadaan zona subduksi Lempeng Indo-Australia.
"Hasil kajian para ahli, segmen megathrust Jawa Timur
memiliki magnitudo tertarget 8,7," ujar Daryono kepada CNNIndonesia.com,
Jumat (5/3).
Daryono menuturkan salah satu wilayah yang berpotensi
dilanda gempa dan tsunami itu adalah Banyuwangi. Zona subduksi Lempeng
Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di dekat kawasan itu
merupakan generator gempa kuat.
Keadaan itu, kata dia juga membuat wajar jika wilayah
selatan Jawa merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami.
Berdasarkan data, dia membeberkan Banyuwangi pernah dilanda
tsunami akibat gempa magnitudo 7,8 pada 3 Juni 1994. Tinggi tsunami di wilayah
itu bahkan mencapai 13,9 meter dan menelan korban 250 orang meninggal.
"Pantai terdampak adalah Banyuwangi, Jembrana Bali,
Benoa, Jember, Lumajang, Malang. Jadi potensi itu nyata bukan isu,"
ujarnya.
Zona subduksi Lempeng Indo-Australia, kata Daryono juga
membuat pulau Jawa kerap diguncang gempa besar. Berdasarkan data, gempa dengan
kekuatan di atas magnitudo 7,0 di pulau Jawa terjadi pada tahun 1840, 1859,
1863,1867, 1871, 1896, 1903, 1921, 1923, 1937, 1945,1958, 1962, 1967, 1979,
1980, 1981, 1994, dan 2006.
Sementara itu, tsunami selatan Jawa juga pernah terjadi pada
tahun 1840, 1859, 1921, 1994, dan 2006.
"Ini menunjukkan bahwa informasi potensi bahaya gempa
yang disampaikan para ahli adalah benar. Besarnya magnitudo gempa yang
disampaikan para pakar adalah potensi bukan prediksi," ujar Daryono.
Di sisi lain, Daryono menyampaikan setiap gempa dan tsunami
tidak memiliki kepastian kapan akan terjadi. Sehingga, dia mengimbau semua
pihak agar melakukan beberapa upaya untuk mengurangi risiko terjadinya bencana,
baik secara fisik maupun non-fisik.
Misalnya, semua pihak harus melakukan upaya mitigasi
struktural dan non struktural yang nyata dengan cara membangun bangunan aman
gempa.
"Selain itu, melakukan penataan tata ruang pantai yang
aman dari tsunami, serta membangun kapasitas masyarakat terkait cara selamat
saat terjadi gempa dan tsunami," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar