![]() |
Perdunu Banyuwangi (Merdeka.com) |
Jelang bulan suci Ramadan, berbagai elemen masyarakat mulai bersiap. Termasuk Perhimpunan Dukun Nusantara (Perdunu) yang merupakan paguyuban yang baru dideklarasikan sekitar Januari 2021 lalu di Banyuwangi.
Paguyuban yang mengklaim sebagai wadah paranormal garis
putih atau dukun 'baik-baik' itu akan menggelar pengajian kitab kuning selama
bulan puasa.
Tidak pelak, flyer acara yang cepat beredar di media sosial
itu langsung memantik komentar para warganet. Apalagi, temanya juga cukup
menarik, yakni "Dukun Santri dan Sanad Keilmuannya, Ngaji Kilat Perdunu:
Pengajian Kitab Dukun di Bulan Ramadhan".
Dikonfirmasi merdeka.com, juru bicara yang juga salah satu
deklarator Perdunu, In'amul Muttaqin menjelaskan pengajian kitab kuning yang
merupakan tradisi di pesantren ini juga sebagai ikhtiar Perdunu untuk
membersihkan citra diri.
"Selama ini kami kan dianggap tidak ada dasarnya di
agama. Makanya, kita tunjukkan yang menjadi dasar kita adalah kitab-kitab yang
ditulis oleh ulama salaf (klasik)," ujar Gus In'am, sapaan akrab In'amul
Muttaqin, Rabu (17/3).
Lima kiai yang menjadi pengisi ngaji kitab tersebut
merupakan kiai muda NU yang juga anggota Perdunu.
"Kita ingin juga tunjukkan, bahwa kita juga ada anggota
yang dari kalangan pesantren," tutur pria yang juga pengasuh Pondok
Pesantren Minhajut Thullab, Glenmore, Banyuwangi ini.
Saat awal akan dideklarasikan, Perdunu sempat akan
menggunakan kata 'Nahdlatul Ulama' di akronim belakang. Namun karena berpotensi
menimbulkan kontroversi, akronim 'Nu' itu kemudian diubah menjadi Nusantara.
"Tetapi kita hubungan dengan PC NU Banyuwangi baik-baik
saja. Karena sebagian besar pengurus Perdunu itu juga aktif di PC NU
Banyuwangi. Kalau dipermasalahkan, tentu kami sekarang sudah dipecat dari
pengurus NU," tutur Gus In'am.
Bahkan, Ketua Perdunu Banyuwangi, KH Abdul Fatah Hasan, juga
tercatat sebagai salah satu pengurus Lembaga Bahtsul Masail, organ khusus di
tubuh PC NU yang berfungsi membahas dan menghasilkan sebuah fatwa keagamaan.
In'am sendiri juga aktif sebagai Bendahara Rijalul Ansor, salah satu organ yang
ada di bawah GP Ansor, ormas kepemudaan NU.
"Pengajian kitab kuning di bulan puasa saja, agar
masyarakat tahu, bahwa praktek perdukunan yang kita lakukan, ada rujukan di
kitab ulama salaf," sambung Gus In'am.
Kitab yang akan dikaji nantinya merupakan kitab yang akan
memberikan tambahan wawasan dalam memahami dunia metafisika yang masih dianggap
ganjil.
Selengkapnya baca Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar