Para lulusan SMK di Jatim, khususnya di Banyuwangi dan
Sidoarjo, bakal semakin mudah mendapatkan pekerjaan. Pasalnya Dirjen Pembinaan
SMK Kementerian Pendidikan tengah merancang program Kemitraan dengan Dunia
Usaha dan Industri (Dudi) untuk membantu lulusan SMK memperoleh pekerjaan
sesuai keahliannya.
Di Jatim sendiri, ditahap awal program Kemitraan Dudi ini
dijalankan di Sidoarjo dan Banyuwangi. Namun tentu tidak tertutup nantinya
dikembangkan di kabupaten lain.
Untuk menyiapkan program tersebut, Kamis (2/11/2017), para
kepala sekolah SMK baik negeri dan swasta di beberapa wilayah di Jatim
berkumpul di SMKN 1 Buduran.
Koordinator Program Kemitraan Dudi Sidoarjo, Agustina,
mengatakan program ini untuk optimalisasi penyerapan tenaga kerja lulusan SMK
ke Dudi ketika para siswa lulus sekolah.
"Semacam kerjasama antara pihak SMK dengan pelaku usaha
agar menggunakan tenaga kerja dari lulusan SMK sebagai pegawainya," kata
Agustina.
Agustina yang juga Kasek SMKN 1 Buduran ini menuturkan wujud
kerjasama itu berupa aplikasi komputer yang juga bisa diakses melalui
smartphone, yang nantinya memudahkan pelaku usaha mencari tenaga kerja dari
lulusan SMK.
Aplikasi ini, lanjut Agustina, memudahkan para pelaku usaha
mencari kebutuhan pegawai sesuai kriteria yang diinginkan.
"Aplikasi ini mempertemukan siswa secara langsung
dengan pelaku usaha. Semua kebutuhan pelaku usaha untuk mencari tenaga kerja
ada di aplikasi ini," sambungnya.
Aplikasi ini bernama Top Karir (TK). Dijelaskan, siswa
mengisi biodata dan keahlian yang dimiliki di aplikasi itu dengan disupervisi
pihak sekolah. Sementara pelaku usaha tinggal mencari tenaga kerja berdasarkan
kriteria yang diinginkan.
Jika dirasa cocok, perusahaan tinggal memilih siswa tersebut
untuk langsung dipanggil wawancara. Menurut Agustina, hal ini memudahkan pelaku
usaha mencari tenaga kerja ketimbang mereka menggelar lowongan kerja sendiri
yang membutuhkan waktu dan biaya.
"Dari kami ada 52 SMK negeri maupun swasta yang akan
masuk program ini. Untuk para pelaku usaha, sudah ada 73 perusahaan yang bergabung,"
ungkapnya.
Program ini membawa implikasi penyesuaian kurikulum agar
lulusan SMK bisa memenuhi kriteria kebutuhan tenaga kerja Dudi. Agustina
menyatakan mayoritas SMK banyak yang sudah melakukan kerjasama dengan
perusahaan agar standardisasi keahlian siswa bisa masuk kriteria perusahaan.
"Di sekolah saya sendiri, 69 persen lulusannya sudah
pasti terserap ke berbagai perusahaan, sementara sisanya ada yang melanjutkan
kuliah dan memiliki usaha. Ini artinya kurikulum SMK, secara umum sudah
memenuhi standar perusahaan," jelasnya. (Tribunnews.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar