Kevin Sanjaya, Putra Banyuwangi Yang Juara All England

Kevin Sanjaya membuat Banyuwangi bangga. Bersama pasangannya Gideon, pebulutangkis ganda putra Indonesia ini berhasil memenangkan All England 2017 mengalahkan pasangan Tiongkok, Li Junhui/Liu Yuchen, di Barclaycard Arena, Birmingham, Minggu (12/3/2017).

Pebulutangkis Kevin Sanjaya dari Banyuwangi.
Kevin Sanjaya (kanan) dan Gideon (kiri) dengan medali juara All England 2017 (via Detik.com)
Ya, Kevin adalah putra daerah yang lahir di Banyuwangi 2 Agustus 1995. Ia merupakan anak kedua dari pasangan Sugianto (57) dan Niawati (51). Tentu saja prestasi Kevin tidak hanya  membuat bangga kedua orangtuanya, tapi juga kota kelahirannya Banyuwangi bahkan Indonesia. Karena pasangan ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo ini menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang meraih medali emas All England 2017.

Menyambut Kesuksesan Kevin Sanjaya Sukamuljo, Bupati Banyuwangi ikut memberikan apresiasi.
"Kemenangan ini membuat bangga Banyuwangi. Kevin sebagai contoh anak muda berprestasi di bidang olahraga tentunya menjadi semangat tersendiri bagi masyarakat Indonesia dan khususnya Banyuwangi," ujar Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas.

Sementara orang tua Kevin yang tinggal di Desa Sumberayu Kecamatan Muncar merasa haru atas kemenangan tersebut.

"Kami bersyukur Kevin bisa juara. Bangga dan bahagia tak terkira Kevin bisa menjadi juara dunia. Itu cita-cita Kevin sejak kecil," ujar ayah Kevin, Sugiharto Sukomuljo.

"Saat pertandingan saya nonton dari rumah berdua dengan mamanya Kevin. Saya sudah ada feeling jika anak saya menang. Mamanya sempat gugup dan ketika tahu menang, kami langsung sujud syukur. Ini berkah bukan hanya untuk keluarga tapi untuk Indonesia," tambah Sugiharto.
Ekspresi kemenangan Kevin Sanjaya setelah mengalahkan pasnagan Tiongkok (via tribunnews.com)
Sebagai ayah yang sangat mendukung karir Kevin, Sugiharto rajin mendokumentasikan semua pencapaian sang anak. Berbagai piala dan medali yang sudah didapatkan anak keduanya tersebut disimpan rapi di kamar Kevin yang dindingnya berwarna biru.

Selain piala dan medali, ada pula klipingan koran yang memberitakan tentang anaknya. Semuanya tersusun rapi di dalam map berwarna kuning.

"Semua data tentang Kevin saya kumpulkan di map ini. Lengkap. Kalau ditanya berapa jumlah medali dan pialanya saya nggak hapal. Kalau ini piala pertama saat dia ikut tarkam di Muncar," katanya sambil tersenyum.

Ada juga foto-foto yang menunjukkan perjalanan Kevin terpasang di dinding rumah dan toko miliknya.

Senang Olahraga

Sejak kecil, menurut Sugiharto, Kevin sudah menunjukkan ketertarikannya pada olahraga bulutangkis. Saat masih usia 3,5 tahun, Kevin sering diajak ayahnya untuk bermain bulutangkis di dekat rumahnya.

Pertama kali mencoba, Kevin langsung lancar mengayunkan raket. Melihat kemampuan anaknya, sang ayah memutuskan untuk mencarikan pelatih untuk dua anaknya, Kevin dan Nico, kakak pertama Kevin.

Klub petama yang dipilih adalah PB Putra Jember yan berjarak sekitar 100 km dari rumah mereka yang berada di Kecamatan Muncar Banyuwangi. Untuk menuju kesana dibutuhkan waktu lebih dari dua jam.

"Kevin saat itu masih TK. Pulang sekolah sekitar jam 11 siang langsung saya jemput ke sekolah terus berangkat ke Jember. Mereka latihan mulai jam 1 siang, nanti jam 5 sore kembali lagi ke Banyuwangi. Seminggu empat kali dan itu dilakoni selama setahun," jelasnya.

Di dalam mobil, Sugiharto dan istrinya sudah menyiapkan semua keperluan anak-anaknya mulai dari bantal untuk beristirahat di mobil, makanan, hingga baju ganti. Semua aktivitas tersebut dilakukan di dalam mobil.

Ia sengaja mencari pelatih profesional untuk melatih dasar bulu tangkis. Setelah menguasai dasar, Kevin dan Nico berlatih dengan beberapa pelatih bulu tangkis yang ada di Banyuwangi dan sekitarnya.

"Sengaja saya cari pelatih yang benar-benar bagus karena itu awal belajar. Dasar dari mereka bermain bulutangkis. Setelah itu setiap dengar ada pelatih bulu tangkis yang bagus saya selalu antar kedua anak saya ke sana. Kemanapun itu. Ke Surabaya, Situbondo bahkan pernah ke luar Jawa Timur," jelasnya.

Saat itulah Kevin dan Nico mulai mengikuti turnamen bulu tangkis dari tingkat kampung hingga Kabupaten. "Saat tanding tarkam sekitar sini saja, Kevin selalu jadi juara," jelasnya.

Setelah lulus SD tahun 2007, Kevin kemudian diterima di PB Djarum di Kudus. Lalu di 2009 ke Jakarta dan terakhir di Pelatnas Cipayung sejak lima tahun terakhir.
Piala yang pernah diraih Kevin Sanjaya.
Sugiharto dan deretan trofi yang pernah diraih Kevin Sanjaya (via Kompas.com)
Fokus di Bulu Tangkis

Berbeda dengan kakaknya, Nico, yang fokus di bidang akademisi, Kevin memantapkan pilihannya di bulu tangkis dengan dukungan kedua orangtuanya.

"Saya selalu dukung apapun keinginan anak saya. Sekarang kakaknya Kevin, kuliah di Udayana. Mereka terpaut sekitar 3 tahun," jelas Gik.

Tahun 2016 Kevin juga berhasil meraih tiga kali medali emas pada gelaran bulu tangkis yang diadakan Badminton World Federation (BWF), yaitu pada Australia Terbuka, India Terbuka, dan China Terbuka. Kevin berpasangan dengan Marcus Fernaldi Gideon.

"Dengan pasangannya yang sekarang mereka sudah bertanding bersama sekitar 5 tahun hingga jadi juara All england," jelasnya.

Keputusan Kevin untuk fokus di dunia bulutangkis membuat ia harus berpisah dari keluarga. Sejak berusia 11 tahun, Kevin kecil yang baru saja lulus SD sudah harus hidup mandiri di PB Djarum Kudus dan hanya mendapatkan kesempatan pulang ke Banyuwangi setahun dua kali.

Sedangkan kini, ia bisa pulang setahun kini. Jika pulang, biasanya Kevin jalan-jalan mengelilingi Banyuwangi.

Menurut Niawati, ibu Kevin, anaknya terakhir pulang pada libur Natal dan Tahun Baru pada 2016 lalu. Kesempatan tersebut selalu dimanfaatkan Kevin untuk berwisata bersama kakak dan keluarganya.

"Tahun kemarin saat pulang dia ke Pulau Tabuhan dan ke Ijen. Dia memang suka traveling. Anaknya nggak bisa diam," kata Niawati.

Niawati mengaku, dia dan suaminya memang hobi berolahraga. Bahkan rumahnya, digunakan warga sekitar untuk senam tiga kali dalam seminggu.

Di rumahnya, sambung Niawati, terdapat meja pingpong yang bisa digunakan sewaktu-waktu. Bahkan di toko miliknya, ia menjual raket bulu tangkis.

Sampai sekarang, Niawati merasa seperti mimpi ketika pertama kali mengantar Kevin ke PB Djarum karena seleksi untuk masuk kesana sangat ketat. Ia dan suami juga mengidolakan pemain bulutangkis legendaris, salah satunya Christian Hadinata yang ditemui mereka saat mengantar Kevil berlatih.

"Saat ketemu langsung Cristian di Djarum, saya sempat seperti tidak percaya. Saya dan suami memang mengidolakan dia. Dulu saat Susi menang di Barcelona saya sampai nangis dan sekarang anak saya sendiri yang juara. Ini benar-benar berkat dari Tuhan,"jelasnya.

Menurut Niawati, walaupun anaknya tidak tinggal serumah dengannya, komunikasi dengan Kevin berjalan dengan baik dan tiap hari selalu menelpon ke rumah. Saat akan melangsungkan pertandingan, Kevin juga selalu meminta restu kedua orangtuanya.

"Beberapa hari sebelum tanding Kevin selalu meminta restu dan dia akan fokus pada pertandingannya. Untuk terakhir kemarin saat menang, papanya langsung menelpon dan mengucapkan selamat langsung kepada Kevin. Saya sebagai orang tua pasti sangat bangga," ungkapnya.

Atas prestasinya tersebut Sugiharto berharap Kevin tidak cepat puas dan terus mengukir prestasi untuk Indonesia.

"Kami bangga atas capaian Kevin, sekaligus kami berpesan agar tetap giat berlatih dan jangan berpuas diri. Pesan saya juga dapat menjadi pemain terbaik dan semakin sukses sehingga dapat membawa nama daerah Banyuwangi serta dapat mengharumkan nama Indonesia," pungkas Sugiharto. (Kompas, Detik)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online
Adbox

@templatesyard