Pendakian ke Kawah Ijen Banyuwangi sementara ditutup. Penutupan
berdasarkan rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Penutupan ini dilakukan setelah terjadinya peningkatan intensitas gas belerang
yang mengandung hydrogen swulfida di dasar kawah.
Meningkatnya gas beracun yang terjadi sejak pukul 01.00 pada
Minggu (5/3/2017) itu mengakibatkan seorang penambang pingsan. Namun beruntung,
nyawanya masih bisa diselamatkan petugas.
Kepada Media, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD
Banyuwangi, Jawa Timur, Eka Muharam mengatakan langkah itu diambil karena
meningkatnya gas CO2 dan H2EF yang keluar dari letupan dan pergolakan cairan
kawah di gunung yang berada di perbatasan Bondowoso dan Banyuwangi tersebut.
“Pergolakan terjadi karena panasnya cairan dari aktivitas di
dalam gunung bertemu air dingin dari hujan yang banyak turun, jadi ada faktor
luar juga berupa cuaca musim hujan,” kata Eka, Senin (6/3/2017).
Pihaknya menganjurkan siapapun, wisatawan ataupun pekerja
tambang belerang tidak berada di dekat kawah atau dalam radius 1 kilometer dari
kawah mulai pukul setengah 6 sore hingga jam 6 pagi. Malam hari menjadi
saat-saat yang berbahaya karena udara semakin rapat dan gas beracun menyebar
tertiup angin.
“Kemarin ada penambang belerang yang tidak mengindahkan
peringatan dan tetap menambang malam hari. Akhirnya dia jatuh pingsan karena
tidak kuat menghirup udara beracun. Syukurnya bisa diselamatkan dan tidak
sampai mengalami kondisi fatal,” tambah Eka.
Dia menambahkan sebenarnya efek gas kawah Gunung Ijen pada
tubuh tergantung pada ketahanan badan masing-masing. Misalnya penambang yang
telah terbiasa cenderung memiliki ketahan yang lebih baik terhadap gas.
“Tapi tetap kita imbau kepada siapapun untuk tidak mendekati
radius 1 kilometer dari bibir kawah selama hujan masih banyak turun, terutama
malam hari. Lagi pula api biru Kawah Ijen justru akan keluar indah di saat
cuaca cerah, tidak ketika banyak hujan,” pungkas Eka. (Timesindonesia.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar