Pemerintah Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur menggandeng
Belanda, salah satu negara dengan teknologi pertanian terbaik di dunia, untuk
mengembangkan tanaman cabai unggul di wilayah itu.
"Alhamdulillah, kami baru saja bertemu
perwakilan Benelux Chamber of Commerce, teman-teman Kadin Belanda, yang
didampingi Komite Tetap Hortikultura Kadin (Kamar Dagang dan Industri)
Indonesia. Kami bahas pengembangan cabai di wilayah utara Banyuwangi, tepatnya
di Kecamatan Wongsorejo. Lahannya sudah disiapkan, ada ratusan hektare,"
ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Sabtu (18/2/2017).
![]() |
Bupati Anas panen cabai via Gumilang.me |
Anas berharap, dengan adanya pengembangan budi daya cabai
yang melibatkan Belanda, nantinya dapat dibangun juga aspek hilirnya. Artinya,
hasil cabai akan langsung diolah yang bisa memberi nilai tambah ke petani dan
pelaku usaha.
"Saya berharap hilirisasi di sana juga. Jadi di wilayah
utara itu nanti basisnya agroindustri. Kan untuk kawasan industri di sana sudah
susah karena permasalahan lahan dan kami menyerap aspirasi publik. Jawabannya
agar ekonomi tetap bergerak adalah industri berbasis pertanian atau
agroindustri yang bernafaskan pemberdayaan petani," ujar Anas.
Anas optimistis, sinergi dengan Belanda ini akan semakin
mengukuhkan posisi Banyuwangi sebagai sentra cabai nasional.
"Jadi di
wilayah Banyuwangi utara yang relatif kering kan selama ini sudah kita
kembangkan cabai dengan sistem irigasi hemat air, dan itu berhasil cukup bagus.
Dengan teknologi Belanda ini akan semakin baik lagi," katanya.
Ketua Komite Tetap Holtikultura Kamar Dagang dan Industri
Indonesia (Kadin), Karen Tambayong menyatakan, pihak Belanda bakal
mengembangkan cabai unggulan.
"Mengapa kami memilih Banyuwangi? Karena
kami melihat pertanian di sini sangat maju. Maka dengan menggandeng Kadin dari
Belanda, kami ingin menanam bibit unggulan yang telah dikembangkan menggunakan
teknologi pertanian Belanda di Banyuwangi," ujarnya.
Semua proses, kata dia,berdasarkan teknologi pertanian
modern berbasis hitungan matematika, ilmu pangan, kimia pangan, mikrobiologi
pangan, fisika pangan, dan pengolahan pangan.
Sementara Executive Director Indonesian Benelux Chamber of
Commerce Peter A. Halm menambahkan,Belanda siap mengembangkan pertanian
Banyuwangi.
"Kami sudah lama mendengar kebaikan-kebaikan serta potensi yang
dimiliki Banyuwangi. Ini mengapa kami bekerja sama dengan Kadin Indonesia ingin
mengembang industri pertanian di sini," kata dia.
Kabupaten Banyuwangi dikenal sebagai salah satu penghasil
cabai tertinggi di Indonesia. Salah satu basisnya ada di Kecamatan Wongsorejo.
“Alhamdulillah
produktivitas cabai di Banyuwangi, khususnya di Kecamatan Wongsorejo ini yang
paling baik di Indonesia. Apabila di tempat lain musim tanam cabai terkendala
musim kemarau, petani di sini mampu panen sepanjang tahun,” kata Bupati Anas
ketika melakukan panen cabai di Desa Alasrejo, Kecamatan Wongsorejo, Jumat
(16/1/2015).
Menurut Anas, ketika daerah lain periode menanam cabai
dimulai pada musim penghujan, yakni mulai Desember hingga Maret, di Banyuwangi
khususnya di sentra cabai Wongsorejo justru sekarang ini telah menuai panen
sampai bisa meraih harga cabai paling baik.
Penyebabnya petani Wongsorejo mampu menanam cabai pada musim
kemarau 2 (K2), ialah di bulan Juli hingga Agustus. Penanaman cabai di musim
kemarau ditopang oleh sumur pompa yang dibantu oleh Pemkab Banyuwangi dan
swadaya para petani.
“Saat stok cabai nasional menipis dikarenakan baru masa
tanam cabai, petani Wongsorejo Banyuwangi justru panen maka nilai jual cabainya
terangkat. Bahkan per kilogramnya dapat mencapai Rp 75.000. Cabai-cabai
Banyuwangi inilah yang mengisi pasar nasional kala paceklik cabai,” urai Bupati
Anas.
“Dengan harga cabai saat ini, maka perputaran uang di petani
cabai Wongsorejo setiap kali panen mencapai hampir Rp40 miliar,” jelas Bupati
Anas.
Di Banyuwangi, luas lahan yang digunakan untuk produksi
cabai terus meningkat. Pada 2010, luas lahan cabai 1.003 hektare, meningkat
menjadi 1.254 hektare pada 2015. Demikian pula luas lahannya yang meningkat
dari 2.298 hektare menjadi 2.970 hektare.
Dari sisi produksi, pada 2010, produksi cabai baru berkisar
5.997 ton, lalu melonjak 144 persen pada 2015 menjadi 14.684 ton. Adapun
produksi cabai kecil stabil di kisaran 21.000 ton.
Khusus Kecamatan Wongsorejo luas lahan tanaman cabainya
seluas 1.060 hektar dengan rata rata produksi 80 kuintal per hektar, salah satu
yang tertinggi di Indonesia.
Lalu, di kawasan sentra cabai Wongsorejo Banyuwangi, menanam
cabai sangat tergantung pada musim hujan. Tetapi, sesudah pemerintah daerah
mendorong pembangunan sumur bor utk mengairi tanaman cabai, panen mampu lebih
banyak intentitasnya. Maka, petani sanggup menanam cabai tanpa tergantung
musim.
Hinga sekarang, di Wongsorejo terdapat 250 sumur pompa untuk
mengairi lahan-lahan cabai milik masyarakat yang merupakan hasil sinergi
pemerintah daerah & swadaya masyarakat. (Beritasatu.com, Gumilang.me)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar