Tdak hanya di SMAN 3 Semarang, kejadian yang sama ternyata juga dialami siswa SMAN
2 Genteng, Banyuwangi. Sebanyak 260 siswa kelas XII sekolah tersebut tidak
diterima dalam jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNM PTN).
Hanya, penyebabnya berbeda. Menurut Kepala Dinas Pendidikan
Banyuwangi Sulihtiyono, hal tersebut terjadi lantaran kekeliruan sekolah dalam
meng-input data sistem kredit semester (SKS) siswa pada pangkalan
data sekolah dan siswa (PDSS) online.’’Input nilai yang
dilakukan operator sekolah tidak sesuai dengan ketentuan SNM PTN,’’ ucapnya.
Karena itu, tak ada siswa SMAN 2 Genteng yang diterima dalam SNM PTN.
Seharusnya, operator mengisi lima form (seri) nilai di PDSS.
Namun, karena kurang koordinasi dengan panitia SNM PTN, operator hanya mengisi
empat form. Satu form kosong itulah yang dianggap tidak sesuai dengan prosedur
oleh panitia SNM PTN. ’’Jadi, yang salah bukan sistem SKS-nya. Buktinya, SMAN 1
Giri (Banyuwangi, red) lancar dan sama-sama menggunakan sistem SKS. Kesalahan
ada pada pengisian form oleh operator,” ujarnya.
Namun, penyebab itu ditampik Kepala SMAN 2 Genteng Istu
Handono. Menurut dia, hal tersebut bukan kesalahan sekolah. ’’Sebab, ada
perbedaan persepsi antara sekolah saat dilakukan pengisian data pada PDSS dan
panitia SNM PTN mengenai kriteria nilai,” katanya. ’’Tak hanya di sini, ada 40
sekolah di Indonesia, termasuk SMAN 3 Semarang, yang nasibnya sama seperti
kami,’’ lanjutnya.
Menurut Istu, ketika memasukkan data pada PDSS, pihaknya
mengacu pada aturan. Pihaknya juga merasa heran karena berujung pada hasil yang
tidak diharapkan. Jika ada kesalahan, semestinya ada semacam penolakan atau
pemberitahuan dari sistem. Tetapi, selama ini tidak ada masalah. ’’Secara
sederhana, kalau sistem menghendaki lima nilai, semestinya empat nilai tersebut
ditolak sejak awal. PDSS minta empat nilai. Sementara itu, panitia SNM PTN
meminta lima nilai,” ungkapnya.
Untuk menyikapi hal tersebut, Istu mengaku sedang
berkoordinasi dengan sejumlah sekolah yang bernasib serupa, termasuk SMAN 3
Semarang. Bukan hanya itu, pihaknya juga mengirim tim untuk meminta penjelasan
kepada panitia SNM PTN di Jogjakarta. ’’Kami kirim tim ke Jogja yang terdiri
atas Wakasek (wakil kepala sekolah, Red), operator, dan wali murid,” ucapnya.
Istu mengungkapkan, tim yang berangkat ke Jogjakarta
tersebut menanyakan perbedaan persepsi dan meminta kejelasan nasib siswa dengan
standar nilai yang semestinya bisa diterima. Dia mengecam, jika sistem SKS
tidak diakomodasi, seharusnya ditutup saja. (Jawapos.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar