Menyusul peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Raung di perbatasan Banyuwangi, Bondowoso dan Jember di Provinsi Jawa Timur dalam beberapa waktu belakangan ini, akhirnya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan status Gunung Raung dari level Waspada menjadi level Siaga sejak Senin 29 Juni 2016 pukul 09.00 WIB. Status Siaga ini artinya menandakan adanya peningkatan intensif aktivitas seismik dan vulkanik Gunung Raung yang dapat dilihat secara visual maupun secara instrumental.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kenaikan status tersebut didasarkan pada pengamatan visual, yaitu adanya strombolian semakin intensif, suara gemuruh, kepulan abu vulkanik setinggi 300 meter, dan suara dentuman keras yang terdengar kira-kira sampai 20 kilometer sejak Minggu 28 Juni 2015 pukul 20.00 WIB.
"Gunung Raung juga mengeluarkan semburan api yang terlihat dengan jelas dari pusat pengamatan Gunung Api Senggon di Kabupaten Banyuwangi," kata Sutopo.
Menurut Sutopo, seismisitas gunung juga mengalami peningkatan dengan tremor makin tinggi dengan amplitudo rata-rata 21 milimeter dari sebelumnya hanya 10 milimeter. "Kepala PVMBG telah melaporkan peningkatan status Siaga tersebut kepada Kepala BNPB untuk mengambil langkah-langkah antisipasinya," tutur Sutopo.
Menyikapi peningkatan status tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Provinsi Jawa Timur terus melakukan koordinasi dengan pemerintah terkait di tiga kabupaten, yaitu Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso, di kantor Pemkab Banyuwangi, Selasa (30/6/2015).
Salah satu pembahasannya adalah memetakan daerah terdampak yang telah disusun sejak aktivitas vulkanik bergejolak pada 2012 silam.
"Dalam rapat ini kita up date peta kontijensinya di tiga kabupaten, Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso. Seluruh pemangku kepentingan akan disesuaikan dengan kondisi daerahnya masing-masing," kata Kepala BNPB Provinsi Jatim, Sudarmawan.
Dari tiga kabupaten tersebut, Sudarmawan menyebut yang bakal paling besar terdampak jika Gunung Raung erupsi adalah Kabupaten Banyuwangi.
Sudarmawan menjelaskan, berdasarkan data pemetaan daerah tahun 2012, di Kabupaten Banyuwangi terdapat 6 kecamatan yang akan terdampak. Sedangkan di Kabupaten Bondowoso terdata 2 kecamatan dan Kabupaten Jember 1 kecamatan."Dalam rapat koordinasi ini kita akan klarifikasi lagi. Kawasan Rawan Bencana (KRB) kita petakan mulai dari Ring 1, Ring 2, dan Ring 3," paparnya.
BNPB Provinsi Jatim, lanjut Sudarmawan, hanya melanjutkan rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang menganjurkan pengamanan di radius 3 kilometer.
Namun BPBD Jatim menetapkan jarak aman dampak letusan gunung raung sejauh 10 kilometer dari puncak kawah.
"PVMBG mengusulkan tiga kilometer, tapi kami tetapkan 10 kilometer dari puncak gunung sebagai jarak paling aman. Ini untuk antisipasi saja," jelas Sudarmawan.
Sebanyak 33 titik evakuasi atau shelter di tiga daerah tersebut sudah disiapkan sebagai antisipasi untuk menampung pengungsi jika Gunung Raung meletus.
Ke 33 jalur evakuasi tersebut, sudah mencakup seluruh desa yang ada di kaki raung yang kemungkinan berpotensi terkena dampak erupsi Gunung Raung diantaranya di Kabupaten Banyuwangi yang meliputi 18 Desa dan tersebar di 5 Kecamatan.
Kemudian Kabupaten Bondowoso di 4 Desa di 2 kecamatan; lantas Kabupaten Jember di tiga desa yang berada di 1 Kecamatan.
BPBD juga telah memetakan sedikitnya ada 139.382 jiwa warga saat ini sudah disiagakan untuk mengungsi jika sewaktu-waktu ada peningkatan status Gunung Raung.
"Yang terbanyak merupakan warga Banyuwangi mencapai 115.878 Jiwa kemudian Bondowoso sebanyak 1.836 Jiwa dan Jember sebanyak 21.668 Jiwa," kata dia.
Proses evakuasi warga baru akan dilakukan jika ada peningkatan status Gunung Raung dari Siaga menjadi Awas.
26 DESA DI BANYUWANGI MASUK ZONA BAHAYA
Jika terjadi erupsi Gunung Raung, ada 26 desa yang tersebar di enam kecamatan di wilayah Kabupaten Banyuwangi masuk dalam zona bahaya. Hal ini diungkapkan Eka Muharam, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi, saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (30/6/2015).
"Daerah tersebut di wilayah Desa Sumberarum Kecamatan Songgon, Desa Jambewangi Kecamatan Sempu, dan desa-desa lain yang tersebar di Kecamatan Sempu, Kecamatan Glenmore, dan Kecamatan Kalibaru," kata Eka.
Petugas di BPBD Kabupaten Banyuwangi juga telah menyiapkan evakuasi sejak aktivitas Gunung Raung dinyatakan meningkat.
"Kendaraan untuk evakuasi, makanan siap saji, dan tenda sudah kami siapkan," kata dia. Sementara itu, jalur evakuasi sudah disiapkan sejak tahun 2014 lalu ketika status Gunung Raung meningkat dari Normal menjadi Waspada. "Kami sudah membentuk desa tangguh di wilayah Songgon yang sudah dibekali informasi dan keterampilan untuk menyelamatkan diri," kata dia.
"Terus kita pantau aktivitas Gunung Raung dan menyampaikan informasi kepada masyarakat melalui relawan," ujarnya.
Eka juga mengimbau agar masyarakat tidak terpancing isu, kecuali informasi resmi langsung dari BPBD dan instansi pemerintahan. Eka menyampaikan, setidaknya ada 200.000 orang di wilayah Kabupaten Banyuwangi yang harus dievakuasi dari zona merah dampak erupsi Gunung Raung. Jumlah ini jauh lebih besar dari peristiwa tahun 2012.
Saat Gunung Raung ditingkatkan statusnya ke level siaga akhir tahun 2012 lalu, dari 5 kecamatan di Kabupaten Banyuwangi diperkirakan jumlah penduduk terdampak erupsi Raung sekitar 83.182 jiwa. Saat itu, setidaknya harus dipersiapkan sebanyak 100 ribu masker jika hujan abu vulkanik menyebar seiring terjadinya erupsi.
Dengan komposisi dasar jumlah penduduk yang mesti diselamatkan sebanyak itu pada Desember 2012 lalu, BPBD Banyuwangi memperhitungkan standar layanan korban bencana atas beberapa keperluan di lokasi pengungsian, seperti mandi cuci kakus (MCK) sebanyak 2.362 unit, air bersih sebanyak 5.926.600 liter/hari, makanan sebanyak 333.303 paket/hari, genset sebesar 5000 watt sebanyak 40 unit, dan pos kesehatan sebanyak 20 pos.
Selain itu, dibutuhkan tenda peleton sebanyak 3.943 buah, dapur umum sebanyak 227 lokasi, gudang penyimpanan barang sebanyak 20 buah, dan bilik mesra sebanyak 2.447 buah.
Di Banyuwangi, wilayah yang diperkirakan menerima dampak terparah akibat erupsi Raung adalah di Kecamatan Kalibaru dan Songgon. Di wilayah Kecamatan Kalibaru, evakuasi dari dusun terdekat yakni Dusun Curah Leduk yang berjarak 13 kilometer dari Gunung Raung akan diarahkan menuju Lapangan Kalibaru Manis. Sedang di Kecamatan Songgon, evakuasi warga akan diarahkan menuju lapangan Desa Songgon.
JALUR PENDAKIAN DIPERKETAT
Menyusul penetapan status Siaga, pengawasan jalur pendakian Gunung Raung diperketat. Menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi Eka Muharam, BPBD bekerja sama dengan kepolisian dan TNI Angkatan Darat menjaga jalur dari Desa Wonorejo, Kecamatan Kalibaru. Sebab jalur inilah yang biasa ramai dipakai para pendaki menuju gunung setinggi 3.332 meter di atas permukaan laut itu.
Untuk diketahui, gejolak aktivitas vulkanik Gunung Raung terpantau telah berganti-ganti status sejak 18 Oktober 2012 lalu dari Waspada ke Siaga hingga normal kembali dan selalu begitu seterusnya hingga kini dinyatakan berstatus siaga.
Dalam sejarahnya, Gunung Raung pernah meletus pada tahun 1939, 1941, 1943, 1945, 1953, 1956, 1961, 1973, 1989, dan 2012. Pada 13-19 Februari tahun 1956, Gunung Raung pernah meletus dengan tinggi asap hingga 12 kilometer dan suara dentuman berlangsung sekitar 4 jam terdengar hingga ke Surabaya. Saat itu, hujan abu menyebar hingga Bali dan Surabaya.
Di kawasan Gunung Raung, sehari-hari angin bertiup sangat kencang dan seperti meraung-raung di pendengaran. Karena itu, gunung ini dinamakan Gunung Raung. Suara anginnya yang meraung di telinga terkadang dapat menghempaskan kita ke dasar jurang yang terjal.
Sumber: Lensaindonesia.com, Kompas.com, Beritajatim.com, Tempo.co.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kenaikan status tersebut didasarkan pada pengamatan visual, yaitu adanya strombolian semakin intensif, suara gemuruh, kepulan abu vulkanik setinggi 300 meter, dan suara dentuman keras yang terdengar kira-kira sampai 20 kilometer sejak Minggu 28 Juni 2015 pukul 20.00 WIB.
"Gunung Raung juga mengeluarkan semburan api yang terlihat dengan jelas dari pusat pengamatan Gunung Api Senggon di Kabupaten Banyuwangi," kata Sutopo.
Menurut Sutopo, seismisitas gunung juga mengalami peningkatan dengan tremor makin tinggi dengan amplitudo rata-rata 21 milimeter dari sebelumnya hanya 10 milimeter. "Kepala PVMBG telah melaporkan peningkatan status Siaga tersebut kepada Kepala BNPB untuk mengambil langkah-langkah antisipasinya," tutur Sutopo.
Menyikapi peningkatan status tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Provinsi Jawa Timur terus melakukan koordinasi dengan pemerintah terkait di tiga kabupaten, yaitu Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso, di kantor Pemkab Banyuwangi, Selasa (30/6/2015).
Salah satu pembahasannya adalah memetakan daerah terdampak yang telah disusun sejak aktivitas vulkanik bergejolak pada 2012 silam.
"Dalam rapat ini kita up date peta kontijensinya di tiga kabupaten, Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso. Seluruh pemangku kepentingan akan disesuaikan dengan kondisi daerahnya masing-masing," kata Kepala BNPB Provinsi Jatim, Sudarmawan.
Dari tiga kabupaten tersebut, Sudarmawan menyebut yang bakal paling besar terdampak jika Gunung Raung erupsi adalah Kabupaten Banyuwangi.
Sudarmawan menjelaskan, berdasarkan data pemetaan daerah tahun 2012, di Kabupaten Banyuwangi terdapat 6 kecamatan yang akan terdampak. Sedangkan di Kabupaten Bondowoso terdata 2 kecamatan dan Kabupaten Jember 1 kecamatan."Dalam rapat koordinasi ini kita akan klarifikasi lagi. Kawasan Rawan Bencana (KRB) kita petakan mulai dari Ring 1, Ring 2, dan Ring 3," paparnya.
BNPB Provinsi Jatim, lanjut Sudarmawan, hanya melanjutkan rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang menganjurkan pengamanan di radius 3 kilometer.
Namun BPBD Jatim menetapkan jarak aman dampak letusan gunung raung sejauh 10 kilometer dari puncak kawah.
"PVMBG mengusulkan tiga kilometer, tapi kami tetapkan 10 kilometer dari puncak gunung sebagai jarak paling aman. Ini untuk antisipasi saja," jelas Sudarmawan.
Sebanyak 33 titik evakuasi atau shelter di tiga daerah tersebut sudah disiapkan sebagai antisipasi untuk menampung pengungsi jika Gunung Raung meletus.
Ke 33 jalur evakuasi tersebut, sudah mencakup seluruh desa yang ada di kaki raung yang kemungkinan berpotensi terkena dampak erupsi Gunung Raung diantaranya di Kabupaten Banyuwangi yang meliputi 18 Desa dan tersebar di 5 Kecamatan.
Kemudian Kabupaten Bondowoso di 4 Desa di 2 kecamatan; lantas Kabupaten Jember di tiga desa yang berada di 1 Kecamatan.
BPBD juga telah memetakan sedikitnya ada 139.382 jiwa warga saat ini sudah disiagakan untuk mengungsi jika sewaktu-waktu ada peningkatan status Gunung Raung.
"Yang terbanyak merupakan warga Banyuwangi mencapai 115.878 Jiwa kemudian Bondowoso sebanyak 1.836 Jiwa dan Jember sebanyak 21.668 Jiwa," kata dia.
Proses evakuasi warga baru akan dilakukan jika ada peningkatan status Gunung Raung dari Siaga menjadi Awas.
26 DESA DI BANYUWANGI MASUK ZONA BAHAYA
Jika terjadi erupsi Gunung Raung, ada 26 desa yang tersebar di enam kecamatan di wilayah Kabupaten Banyuwangi masuk dalam zona bahaya. Hal ini diungkapkan Eka Muharam, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi, saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (30/6/2015).
"Daerah tersebut di wilayah Desa Sumberarum Kecamatan Songgon, Desa Jambewangi Kecamatan Sempu, dan desa-desa lain yang tersebar di Kecamatan Sempu, Kecamatan Glenmore, dan Kecamatan Kalibaru," kata Eka.
Petugas di BPBD Kabupaten Banyuwangi juga telah menyiapkan evakuasi sejak aktivitas Gunung Raung dinyatakan meningkat.
"Kendaraan untuk evakuasi, makanan siap saji, dan tenda sudah kami siapkan," kata dia. Sementara itu, jalur evakuasi sudah disiapkan sejak tahun 2014 lalu ketika status Gunung Raung meningkat dari Normal menjadi Waspada. "Kami sudah membentuk desa tangguh di wilayah Songgon yang sudah dibekali informasi dan keterampilan untuk menyelamatkan diri," kata dia.
"Terus kita pantau aktivitas Gunung Raung dan menyampaikan informasi kepada masyarakat melalui relawan," ujarnya.
Eka juga mengimbau agar masyarakat tidak terpancing isu, kecuali informasi resmi langsung dari BPBD dan instansi pemerintahan. Eka menyampaikan, setidaknya ada 200.000 orang di wilayah Kabupaten Banyuwangi yang harus dievakuasi dari zona merah dampak erupsi Gunung Raung. Jumlah ini jauh lebih besar dari peristiwa tahun 2012.
Saat Gunung Raung ditingkatkan statusnya ke level siaga akhir tahun 2012 lalu, dari 5 kecamatan di Kabupaten Banyuwangi diperkirakan jumlah penduduk terdampak erupsi Raung sekitar 83.182 jiwa. Saat itu, setidaknya harus dipersiapkan sebanyak 100 ribu masker jika hujan abu vulkanik menyebar seiring terjadinya erupsi.
Dengan komposisi dasar jumlah penduduk yang mesti diselamatkan sebanyak itu pada Desember 2012 lalu, BPBD Banyuwangi memperhitungkan standar layanan korban bencana atas beberapa keperluan di lokasi pengungsian, seperti mandi cuci kakus (MCK) sebanyak 2.362 unit, air bersih sebanyak 5.926.600 liter/hari, makanan sebanyak 333.303 paket/hari, genset sebesar 5000 watt sebanyak 40 unit, dan pos kesehatan sebanyak 20 pos.
Selain itu, dibutuhkan tenda peleton sebanyak 3.943 buah, dapur umum sebanyak 227 lokasi, gudang penyimpanan barang sebanyak 20 buah, dan bilik mesra sebanyak 2.447 buah.
Di Banyuwangi, wilayah yang diperkirakan menerima dampak terparah akibat erupsi Raung adalah di Kecamatan Kalibaru dan Songgon. Di wilayah Kecamatan Kalibaru, evakuasi dari dusun terdekat yakni Dusun Curah Leduk yang berjarak 13 kilometer dari Gunung Raung akan diarahkan menuju Lapangan Kalibaru Manis. Sedang di Kecamatan Songgon, evakuasi warga akan diarahkan menuju lapangan Desa Songgon.
JALUR PENDAKIAN DIPERKETAT
Menyusul penetapan status Siaga, pengawasan jalur pendakian Gunung Raung diperketat. Menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi Eka Muharam, BPBD bekerja sama dengan kepolisian dan TNI Angkatan Darat menjaga jalur dari Desa Wonorejo, Kecamatan Kalibaru. Sebab jalur inilah yang biasa ramai dipakai para pendaki menuju gunung setinggi 3.332 meter di atas permukaan laut itu.
Untuk diketahui, gejolak aktivitas vulkanik Gunung Raung terpantau telah berganti-ganti status sejak 18 Oktober 2012 lalu dari Waspada ke Siaga hingga normal kembali dan selalu begitu seterusnya hingga kini dinyatakan berstatus siaga.
Dalam sejarahnya, Gunung Raung pernah meletus pada tahun 1939, 1941, 1943, 1945, 1953, 1956, 1961, 1973, 1989, dan 2012. Pada 13-19 Februari tahun 1956, Gunung Raung pernah meletus dengan tinggi asap hingga 12 kilometer dan suara dentuman berlangsung sekitar 4 jam terdengar hingga ke Surabaya. Saat itu, hujan abu menyebar hingga Bali dan Surabaya.
Di kawasan Gunung Raung, sehari-hari angin bertiup sangat kencang dan seperti meraung-raung di pendengaran. Karena itu, gunung ini dinamakan Gunung Raung. Suara anginnya yang meraung di telinga terkadang dapat menghempaskan kita ke dasar jurang yang terjal.
Sumber: Lensaindonesia.com, Kompas.com, Beritajatim.com, Tempo.co.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar