Kelompok perusahaan di bidang jasa hospitality yang mencakup
bidang perhotelan, F&B dan vila, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), melalui
PT. Mitra Banyuwangi Selaras (MBS), menggelar peletakan batu pertama
(groundbreaking) pembangunan Hotel Dialoog Banyuwangi, Rabu (8/4). Peresmian
ini, sekaligus juga menandai dimulainya peluncuran Dialoog, merek terbaru dari
BUVA.
Direktur BUVA, Hendry Utomo mengatakan, kehadiran Dialoog
dapat mengikuti kisah sukses merek terdahulunya, yaitu Alila. "Produk ini
dimaksudkan untuk menjaring pangsa pasar yang menyukai desain Alila namun pada
harga yang lebih terjangkau, yang saat ini berkembang dengan sangat pesat di
Indonesia," ujar Hendry dalam siaran pers di
Jakarta, Rabu (8/4).
Saat ini, BUVA memiliki 2 Hotel Resor yang beroperasi dengan
menawarkan 133 unit hunian eksklusif yang terdiri dari 65 villa di Uluwatu,
ditambah dengan 56 kamar dan 12 villa di Ubud. Ditahun 2014, pendapatan lini
bisnis hotel BUVA mengalami pertumbuhan sebesar 17,8 persen (YoY) menjadi Rp
188 miliar dengan kontribusi terhadap total pendapatan sebesar 73 persen.
"Tahun ini, BUVA menargetkan penambahan 240 kamar dan
tingkat rasio occupancy rata-rata semua hotelnya mencapai 75
persen," jelas Hendry.
Direktur Utama MBS, Winarti Indrajaya mengatakan, Dialoog
merupakan konsep hotel yang diciptakan untuk mengakomodasi pertumbuhan yang
sangat pesat di segmen kelas menengah Indonesia.
"Menggunakan DNA desain dari Hotel Alila, Dialoog
menyajikan suatu konsep inovasi desain yang fokus pada kenyamanan tamu serta
kecepatan dan kemudahan layanan melalui teknologi yang mutakhir untuk
menghasilkan harga yang terjangkau," ujar Winarti.
Menyoal pemilihan lokasi Dialoog di Kabupaten Banyuwangi,
dia menyatakan, hal itu berdasarkan potensi alam yang beragam, dari dataran
rendah hingga pegunungan, pantai, dan taman nasional. Banyuwangi yang berjuluk The
Sunrise of Java, memiliki berbagai tempat wisata alam yang bagus seperti
Kawah ijen, G-Land, Pantai Plengkung, Pantai Sukamade dengan konservasi
penyunya, Taman Nasional Meru Betiri dan Alas Purwo, serta Pulau Merah.
"Selain itu, Banyuwangi juga menyajikan berbagai acara
dan seni budaya sepanjang tahun, antara lain Banyuwangi Ethno Carnival,
festival batik, tari Gandrung. Kombinasi ini menjadikan Banyuwangi tujuan
pilihan para wisatawan," tambah dia.
Dibawah kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas, kata
Winarti, Banyuwangi telah berkembang dengan sangat pesat, baik dari segi
ekonomi maupun budaya. Hal inilah yang kemudian menarik perhatian para
pengusaha, untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan, khususnya
industri pariwisata di wilayah ini.
"Dalam 2014, jumlah kunjungan wisatawan asing ke
Banyuwangi mencapai 30.000 orang, dengan rata-rata tinggal selama 2,5 hari,
serta pengeluaran sebesar US$ 240 per orang. Dengan banyaknya tujuan wisata,
tentunya Banyuwangi memerlukan fasilitas pendukung wisata seperti akomodasi
yang memadai," jelasnya.
Lebih lanjut Winarti mengatakan, kehadiran Dialoog
dipastikan bakal menyemarakkan pasar branded hotel di Indonesia. Langkah itu
diawali dengan pembangunan hotel Dialoog di Banyuwangi dan Cirebon, dimana
keduanya dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2017.
"Setelah itu, Dialoog akan membangun sebanyak 15-25
hotel dalam 5 tahun mendatang, di kota-kota di seluruh Indonesia," tambah
Winarti.
Beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar