Selama empat tahun Bupati Abdullah Azwar Anas bekerja keras
mengubah image Banyuwangi yang berbau klenik (mistis) menjadi daerah
”sensasional”. Kerja keras itu pun menghasilkan banyak apresiasi. Yang
terbaru, Anas meraih penghargaan Indonesia Marketing Champion (IMC) 2014 bidangpemerintahan versi MarkPlus Inc.
Gaya Abdullah Azwar Anas yang santai dan informal membuat
suasana makan siang di Bandara Juanda, Surabaya, kemarin (12/12) begitu cair.
Bupati muda dan penuh energik itu terlihat ceria. Maklum, kerja kerasnya
membangun Banyuwangi terus mendapat penilaian positif dari berbagai lembaga.
Termasuk ketika Kamis malam lalu (11/12) MarkPlus
menganugerahkan penghargaan Indonesia Marketing Champion 2014 untuk bidang
pemerintahan kepada dia.
Meski tidak memiliki banyak waktu lantaran jadwal
penerbangan pesawat yang akan mengantarnya ke Banyuwangi sangat mepet, pria 41
tahun itu menyempatkan diri untuk berbagi cerita tentang perjalanannya mengubah
image Banyuwangi yang dulu dikenal sebagai pusat dukun santet menjadi daerah
yang populer di bidang wisata dan budaya. Bahkan, hingga mancanegara.
Anas mengaku, saat awal-awal menjabat bupati pada 2010,
dirinya melihat adanya masalah besar di Banyuwangi. Yaitu, masalah image
negatif yang melekat di kabupaten ujung timur Jawa Timur itu. Daerah tersebut
lebih dikenal sebagai pusat klenik dan warganya yang berkarakter keras.
”Saya sempat miris. Sebab, sampai ada warga Banyuwangi yang
tidak mau mengakui daerahnya sendiri. Mereka malah bangga mengaku sebagai orang
Jember atau kota lain,” ungkap pejabat asli Banyuwangi tersebut.
Rasa kurang percaya diri sebagian masyarakat Tanah
Blambangan tersebut membuat mereka tidak menyadari potensi besar yang dimiliki
daerahnya. Apalagi, Banyuwangi kala itu dicitrakan ekstrem sebagai daerah yang
ditakuti karena santetnya.
Karena itu, tak banyak warga kota lain atau luar negeri yang
mau berkunjung ke Banyuwangi. ”Jangankan membanggakan daerahnya, warga yang mau
mengakui dirinya berasal dari Banyuwangi saja sangat jarang,” kisahnya.
Sejak itu, Anas berpikir inilah saatnya mengubah image
negatif tersebut. Langkah awal yang dilakukannya adalah membuat kegiatan yang
melibatkan sebanyak-banyaknya rakyat Banyuwangi dan diberitakan di mana-mana.
Dengan cara begitu, secara pelahan tapi pasti, rakyat
Banyuwangi punya kebanggaan terhadap daerahnya. ’’Menumbuhkan
kebanggaan-kebanggaan itu sangat diperlukan untuk mengubah image,’’ katanya.
Setelah berhasil membangun image dan mendapat dukungan
publik, Anas pun mulai mendorong brand Banyuwangi sebagai Sunrise of Java.
Caranya, digelar berbagai festival. Selain festival budaya, ada Banyuwangi
Ethno Carnival, Banyuwangi Jazz Festival, Gandrung Sewu, dan sebagainya.
Anas juga mengembangkan program pariwisata yang berfokus
pada ecotourism. Itu dilakukan untuk membuat brand yang berbeda dengan daerah
lain.
’’Banyuwangi berbeda dengan Surabaya atau Malang. Tidak
mungkin kami ikut-ikutan jor-joran bangun mal. Karena Banyuwangi dikelilingi
taman nasional, maka kami buat pariwisata ecotourism,’’ papar pria lulusan
Fakultas Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta itu.
Banyuwangi kini berani membuat perubahan dalam bidang
pariwisata. Anas pun gencar ’’menjual’’ keindahan alam, pantai, gunung, dan
keramahtamahan masyarakat Banyuwangi. Bahkan, kini Banyuwangi telah ditetapkan
sebagai Kota Welas Asih dalam program Compassion Action International.
Untuk itu, pemkab harus melakukan konsolidasi infrastruktur.
Mulai perbaikan dan pembangunan jalan, jembatan, air bersih, dan teknologi
informasi (TI) yang canggih. Sebab, menurut Anas, upaya untuk meningkatkan
jumlah kunjungan wisata ke Banyuwangi tidak akan terwujud jika tidak didukung
infrastruktur yang baik.
Setelah itu, baru konsolidasi budaya yang ditingkatkan.
Misalnya, warga yang semula kurang peduli kebersihan kini jadi cinta
kebersihan. ’’Perilaku masyarakat juga berubah. Tadinya cuek terhadap orang
luar, kini jadi baik dan ramah,’’ jelasnya.
Anas kini bisa bangga melihat perubahan image yang cukup
signifikan di daerahnya. Sebab, Banyuwangi pernah mendapat predikat sebagai
kabupaten terjorok nomor 2 di Jawa Timur pada 2010. ’’Nah, sekarang kami terus
berbenah,’’ katanya.
Keberhasilan Anas mempromosikan Banyuwangi ke seluruh
penjuru Indonesia tersebut sama sekali tidak melibatkan tim khusus. Semua
promosi dilakukan langsung oleh seluruh pegawai pemkab.
Bahkan, para PNS di lingkungan pemkab diwajibkan memahami
program dan misi Banyuwangi. ’’Kami targetkan kepala dinas bisa menguasai dan
menjelaskan arah dan tujuan program pemda,’’ ujarnya.
Pelibatan para birokrat untuk menjadi tenaga marketing bagi
Banyuwangi, menurut Anas, adalah sesuatu yang ditekankan. Pada semua event,
sebisanya kepanitiaan adalah pegawai pemkab. Dengan demikian, dalam konteks
meng-advocate atau meyakinkan para "konsumen”, para pegawai di lingkungan
pemkab bisa melakukannya dengan baik.
Dalam event festival musik jazz, misalnya. Tahun ini mereka
masih menggunakan bantuan event organizer. Namun, tahun depan penyelenggaraan
event yang masuk rangkaian Banyuwangi Festival itu akan sepenuhnya ditangani
pegawai pemkab.
Pelibatan birokrat dalam program-program pemkab itu, kata
Anas, membuat dirinya lebih banyak punya ”stamina” untuk melakukan lebih banyak
hal. ”Kalau semua saya pikirkan dan jalankan sendiri, tanpa terdelegasi dengan
baik kepada para birokrat, saya akan kehabisan tenaga. Di tengah jalan akan
dehidrasi,” jelasnya.
Sementara itu, Deputy CEO MarkPlus Inc. Michael Hermawan
mengatakan, para dewan juri menilai Anas betul-betul bisa memoles potensi yang
ada di Banyuwangi.
Itu tampak dari cukup terkenalnya guest house di area
Pendapa Banyuwangi hingga meriahnya setiap festival musik hingga beragam
carnival yang digelar di Bumi Blambangan itu.
”Jadi, Pak Anas itu tidak hanya menerapkan marketing murni,
tapi juga online. Jadi, dia marketer sejati. Benar-benar mengerti segmen,”
ungkapnya.
Menurut Michael, strategi marketing yang diterapkan Anas
untuk meningkatkan value dari wilayahnya sudah bagus dan tinggal meneruskan.
Itu seiring dengan ditambahnya akses transportasi dan
peningkatan infrastruktur. ”Jadi, karena sudah mulai terbuka di media dan
sebagainya, jadi akses harus ditambah lagi,” ujarnya.
Selain menerapkan strategi marketing terhadap produk, dalam
hal ini Banyuwangi, Anas berhasil meraih Indonesia Marketing Champion 2014
karena memperhatikan internal customer.
Contohnya, Anas memberikan pengarahan yang intensif kepada
para pegawainya agar menguasai setiap detail strategi marketing yang
diterapkan. ”Ini yang membuat Pak Anas unggul dibandingkan nominasi kepala
daerah lainnya yang juga bagus-bagus,” terangnya.
Jpnn.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar