Peresmian kampus Unair Banyuwangi ditandai dengan penekanan
tombol pembuka selubung logo Unair Banyuwangi oleh Rektor Unair Prof Dr
Fasichul Lisan bersama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, dan jajaran forum
pimpinan daerah setempat.
Prof Fasichul Lisan mengatakan, kehadiran Unair di
Banyuwangi ini untuk melengkapi instrumen pendidikan tinggi yang ada di
Banyuwangi. Menurutnya, bersama-sama dengan perguruan tinggi lainnya yang telah
ada di Banyuwangi, Unair ingin bersinergi untuk mempersiapkan sumber daya
manusia yang mampu berpikir global. “Ini merupakan kebijakan pemerintah pusat
di mana Unair memang diajak untuk mempercepat penyuapan SDM guna menghadapi era
global,” kata Fasich, sapaan akrab Rektor Unair.
Fasich mengatakan, Indonesia pada tahun 2030 akan mengalami
bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar dibanding
usia non-produktif. "Bonus demografi adalah momentum emas. Generasi muda
perlu dipersiapkan dengan landasan yang kokoh dan memiliki pijakan yang kuat.
Kami hadir di Banyuwangi untuk memperkuat pijakan bersama-sama dengan perguruan
tinggi lainnya. Kita bersama-sama menyelesaikan masalah bangsa dalam bidang
pendidikan,” ujarnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, kehadiran
Unair Banyuwangi merupakan cita-cita lama dari rakyat Banyuwangi yang ingin
memiliki perguruan tinggi negeri. Pemerintah daerah menyadari, untuk mendirikan
universitas negeri baru membutuhkan proses yang panjang dan waktu lama. Jika
nantinya Unair Banyuwangi ini akan menjadi universitas negeri sendiri, maka
akan lebih cepat dan standarnya tidak akan jauh dari Unair yang telah ada di
Surabaya.
“Ini adalah salah satu strategi pembangunan bidang
pendidikan. Banyuwangi tidak hanya fokus pada pengembangan pariwisata dan
pertanian, tetapi juga menyiapkan SDM yang berdaya saing,” ujar Anas.
Saat ini, Unair Banyuwangi mempunyai empat program studi,
yaitu akuntansi, budidaya perairan, kesehatan masyarakat, dan kedokteran hewan.
Untuk tahun pertama ini, sebanyak 153 mahasiswa telah mengikuti perkuliahan.
Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia, mulai Jambi, Lampung, Jakarta,
Surabaya, Pontianak, Makassar, Bojonegoro, Kediri, Probolinggo, Jember,
Cilacap, Flores, Kupang, Bali, sampai Papua.
"Ini melengkapi keberagaman Banyuwangi. Semoga ke depan
budaya pendidikan kian terbentuk dan berdampak positif bagi pengembangan SDM lokal.
Pengembangan SDM ini tidak boleh bergantung pada rezim. Siapa pun bupatinya,
pengembangan SDM harus jalan terus. Melembagakannya dengan pendirian kampus
menjadi salah satu jalan untuk mewujudkan pengembangan SDM yang
berkelanjutan," kata Anas.
Kehadiran Unair di Banyuwangi bisa menggerakkan ekonomi
lokal. Ratusan mahasiswa menyewa pondokan, membelanjakan uang untuk kebutuhan
sehari-hari, hingga berwisata di Banyuwangi. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah
mahasiswa akan semakin berlipat, sehingga pergerakan ekonomi kian besar.
"Banyaknya mahasiswa dari luar kota berarti menarik uang dari luar untuk
masuk ke Banyuwangi. Dalam beberapa tahun ke depan, dampak ekonominya akan
cukup besar," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar