Daerah perlu menjadi pendorong industri substitusi impor.
Dengan demikian, impor Indonesia bisa ditekan, sehingga dapat menyehatkan
struktur neraca perdagangan nasional.
"Sudah bukan zamannya saling menyalahkan. Jangan daerah
salahkan pusat, demikian sebaliknya. Harus beri solusi," kata Bupati
Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di sela acara seminar Indonesia Banking Expo
bertema "Dukungan Bank Daerah untuk Industri Substitusi Impor" di
Jakarta, Kamis (28/8).
Anas mengatakan, daerah perlu mendorong dan memfasilitasi
berbagai industri substitusi impor sesuai dengan potensi lokalnya. Dengan
demikian, makin banyak komoditas substitusi impor yang dihasilkan. Devisa yang
selama ini tersedot untuk impor pun bisa ditekan.
"Yang rasional saat ini adalah pengendalian impor.
Optimalkan potensi lokal daerah. Di Banyuwangi, misalnya, kami mendorong
produksi hortikultura impor untuk melawan penetrasi buah dan sayur impor. Impor
hortikultura secara nasional setahun berkisar USD 2 miliar. Kalau orang kita
makan buah lokal bisa tekan impor," ujar Anas.
Di Banyuwangi, salah satu langkah yang dilakukan adalah
proteksi pasar. "Karena sehebat apa pun kita menggenjot produksi,
intensifikasi lahan dan sebagainya, kalau pasar tidak diproteksi, akan susah.
Hortikultura misalnya, produksi buah naik tapi kalau buah impor lebih murah,
kalah juga akhirnya. Maka kesadaran konsumsi buah lokal harus digalakkan, di
Banyuwangi kita larang semua acara resmi dari RT sampai kabupaten untuk sajikan
buah lokal. Alhamdulillah berhasil, petani buah kita semangat," ujarnya.
Produksi sejumlah komoditas buah di Banyuwangi memang terus
meningkat. Semangka, misalnya, naik dari 26.677 ton pada 2012 menjadi 47.366
ton. Melon naik dari 13.233 ton (2012) menjadi 17.430 ton (2013). Manggis
melejit dari 8.644 ton (2012) menjadi 19.881 ton (2013). Jeruk siam melesat
dari 140.602 ton (2012) menjadi 222.804 ton (2013). Adapun buah naga meningkat
dari 12.936 ton (2012) menjadi 16.631 ton (2013).
"Manggis kita sudah ekspor ke Tiongkok, Singapura,
Timur Tengah, dan beberapa negara lain. Buah naga kami direct-kan ke peritel
besar agar pendapatan petani meningkat," tutur Anas.
Adapun hortikultura sayur juga mengalami peningkatan,
seperti cabai dari 29.787 ton (2012) menjadi 31.916 ton (2013). "Cabai ini
kami langsungkan penjualannya dari petani ke salah satu produsen makanan sangat
terkenal. Bikin petani semangat. Dulu 2010 mereka produksinya cuma 6.000 ton,
karena langsung ketemu pembeli besar mereka semangat, terus melonjak
produksinya sampai saat ini. Tahun ini sampai Juli, produksi cabai sudah hampir
18.000 ton," kata dia.
Terkait tanaman pangan, Banyuwangi mematok lahan abadiseluas 62.000 hektar sawah yang tidak boleh dialihfungsikan. Selain itu, ada
pembangunan Waduk Bajulmati berkapasitas 10 juta meter kubik air yang akan
mendukung penciptaan 1.800 hektar sawah baru di wilayah utara Banyuwangi.
"Tiap tahun kami surplus beras 250.000 ton. Ada
beberapa petani padi yang memang beralih ke hortikultura buah karena lebih
menguntungkan, tapi kami jaga stoknya agar kami tetap surplus dan bisa kirim ke
daerah lain. Sudah dua tahun ini kami garap juga beras organik premium. Mahal
harganya sehingga petani lebih untung. Jualnya ke resort-resort dan hotel
berbintang yang ada di Bali dan Banyuwangi," kata Anas.
Dari sisi pemasaran, saat ini Pemkab Banyuwangi tengah
menyiapkan desain kemasan buah lokal yang menarik, sehingga sangat layak
dijadikan buah tangan alias oleh-oleh. Kemasan itu mulai dari stiker sampai
tas-tas kecil. "Dalam waktu tidak lama lagi kita bagikan gratis ke
pedagang-pedagang buah, biar orang bangga beli buah lokal karena selain rasanya
enak, kemasannya juga keren," jelas bupati berusia 41 tahun itu.
Dukungan Banyuwangi untuk mendorong substitusi impor juga
diwujudkan dalam insentif bagi investor yang menggarap sektor pertanian di
Banyuwangi, termasuk perkebunan. "Untuk yang garap pertanian di
Banyuwangi, kami bangunkan fasilitas irigasinya. Kami sudah bangun 600 titik
irigasi tersier agar pasokan air ke sentra-sentra pertanian lancar,"
pungkas.
Jpnn.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar