Banyuwangi makin eksis sebagai destinasi wisata yang naik
daun. Ada sejumlah jurus-jurus khusus yang sedang disiapkan untuk menjadikan Kabupaten Banyuwangi sebagai tempat liburan para traveler dalam dan luar negeri.
"Pembangunan pariwisata kan tidak hanya bagaimana
mendatangkan turis ke daerah kita," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar
Anas dalam 24th EAROPH World Congress Mayor Caucus di Hotel Borobudur, Jakarta,
Senin (11/8/2014).
Ada 5 jurus yang disiapkan Banyuwangi. Jurus yang pertama adalah
konsolidasi perilaku masyarakat.
"Dulu masyarakat sulit diatur, dikasih tahu marah. Tapi
kini karena menyambut wisatawan, mereka yang biasa marah dipaksa senyum,"
kata Anas.
Yang kedua adalah revitalisasi budaya, orang-orang menjadi
peduli dengan budaya. Produk budaya bisa menjadi keuntungan ekonomi baru.
"Yang ketiga revitalisasi infrastuktur. Kalau jalan
jelek, nggak ada turis yang mau datang," jelas dia.
Jurus keempat adalah optimalisasi alam. Alam yang rawan
dirusak dengan eksploitasi, kini dijaga. Karena, alam yang indah justru
mendatangkan banyak uang untuk masyarakat.
"Pantai Pulau Merah itu bisa rusak karena tambang emas,
karena rakyat nggak punya penghasilan lain. Tapi kini alam dijaga dan
pariwisata tumbuh, warga bisa jual satu kelapa Rp 20.000 itu cukup buat mereka
hidup," kata Anas.
Jurus kelima adalah menumbuhkan humanisme. Pariwisata
dibangun dengan bermartabat dan bersih dari kelab malam, hotel mesum, atau
peredaran narkoba.
"Tantangan kita SDM pariwisata yang belum tumbuh cepat.
Padahal pariwisata itu promosi sekarang, minggu depan turis datang. Mereka
pasti butuh tempat makan dan hotel," ungkap Anas.
Berkat pariwisata,masyarakat Banyuwangi lambat laun menjadi lebih ramah kepada wisatawan.
"Kalau kamu nggak ramah, nanti nggak ada orang ke sini, nanti kamu nggak dapat duit," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menirukan ucapannya kepada tukang becak.
Dengan adanya wisatawan, masyarakat Banyuwangi belajar menjadi tuan rumah yang baik. Kabupaten pun dibangun agar bisa lebih memudahkan wisatawan berwisata.
"Pernah ada orang bercerita kepada saya, dulu jalan ini yang lewat kerbau sekarang bule," kata dia.
Banyuwangi memasang 1.300 titik WiFi di tempat umum, termasuk masjid, gereja dan pura. Mereka yang berinteraksi langsung dengan wisatawan pun belajar bahasa Inggris untuk memajukan usahanya.
"Penambang belerang, tukang becak, supir travel belajar bahasa Inggris. Rental mobil tumbuh dan sekarang banyak yang cari supir berbahasa Inggris," jelasnya.
Pariwisata menurut Anas pelan-pelan mengubah perilaku masyarakat. Mereka yang tadinya susah diatur, cuek dan galak, kini menjadi lebih ramah.
"Karena ada wisatawan, mereka yang suka marah kan jadi dipaksa senyum," kata Anas.
Detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar