Pemkab Banyuwangi menjalin sinergi dengan PT Pelabuhan
Indonesia III (Pelindo III) untuk mengefisienkan sistem logistik untuk
pengiriman barang melalui Pelabuhan Tanjung Wangi yang berada di kabupaten
berjuluk The Sunrise of Java tersebut.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas melakukan rapat
bersama jajaran Pelindo III dan parapelaku usaha ekspor-impor yang ada di
Banyuwangi. Hadir dari pihak Pelindo III adalah Senior Manager Hermanto dan GM
Pelabuhan Tanjung Wangi Bangun Swastanto.
”Kami duduk bareng, sama-sama dorong efisiensi sistem
logistik yang ada, biar pengiriman barang jadi lebih lancar. Ini penting karena
distribusi barang menentukan daya saing dunia usaha. Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015 sudah di depan mata, karena itu sistem logistik ini harus dibenahi. Ini
sangat menentukan daya saing dunia usaha Banyuwangi,” ujar Bupati Anas seusai
pertemuan.
Menurut Anas, sistem logistik di seluruh Indonesia memang
perlu banyak perbaikan karena masih menimbulkan ekonomi biaya tinggi (high cost
economy). Saat ini, biaya logistik Indonesia masih berkisar 25 persen dari
total Produk Domestik Bruto (PDB), jauh lebih tinggi dibanding negara lain
seperti Malaysia yang hanya 15 persen, Jepang 10 persen, Korsel 16 persen, dan
rata-rata Eropa 8-11 persen.
Peringkat Indonesia dalam Indeks Kinerja Logistik (Logistics
Performance Index/LPI) 2014 juga masih berada di peringkat 53, di bawah
Singapura yang berada di peringkat 5, Malaysia peringkat 25, Thailand peringkat
35, Vietnam peringkat 48. ”Indonesia hanya unggul dibanding Filipina dan
Myanmar. Saya sadar ini bukan hanya tugas pemerintah pusat atau Pelindo saja,
tapi semua pihak harus gerak bareng. Di daerah kami berbuat sebisa mungkin agar
dunia usaha nyaman saat mengirimbarang, sehingga bisa kompetitif,” ujar Anas
yang pernah menempuh studi kepemerintahan di Harvard Kennedy School of
Government, Amerika Serikat, tersebut.
Dia mengatakan, banyak aspek yang menjadi perhatian bersama
untuk mengefisienkan biaya logistik di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi. Di
antaranya adalah belum sinergisnya pelaku usaha (eksportir-importir) dengan
pelaku usaha transportasi laut.
”Kan banyak faktor pembentuk sistem logistik. Ada customs
peformance, kualitas infrastruktur, danwaktu pengiriman barang. Saya cek di
lapangan ada problem akses jalan dari dan ke daerah sekitarPelabuhan Tanjung
Wangi yang kurang mendukung untuk beban petikemas. Nah, dalam hal ini, pemda
bisa fasilitasi seperti apa, akan dimatangkan dalam waktu dekat,” ujar Anas.
General Manager Pelabuhan Tanjung Wangi, Bangun Swastanto,
mengatakan, beberapa pembenahan akan dilakukan di pelabuhan tersebut. Di
antaranya adalah pemanjangan dermaga dari posisi saatini 518 meter menjadi 668
meter. Pemanjangan dermaga akan dilakukan mulai tahun ini. ”Juga akan dibangun
integrated area yang akan memudahkan pelaku usaha dalam melakukan aktivitas
perdagangan melalui pelabuhan ini,” ujarnya.
Dia berjanji akan meningkatkan kualitas pelayanan sehingga
waktu tunggu (waiting time) di Pelabuhan Tanjung Wangi bisa ditekan lagi dari 7
hari menjadi 3 hari.
”Pelabuhan Tanjung Wangi ini ke depan sangat prospektif
seiring makin berkembangnya kawasan timur Jawa. Kedalaman pelabuhan ini sudah
mencapai 14 low water spring (LWS) sehingga bisa disandari kapal besar,” kata
Bangun.
Pelabuhan Tanjung Wangi juga sudah memiliki sejumlah
fasilitas pendukung kegiatan petikemas. Di antaranya container yard (CY) impor
berkapasitas 148 Teus, CY ekspor 156 Teus, dan CY domestik 166 Teus. Arus kapal
di pelabuhan tersebut terus meningkat dari 2,8 juta GT (gross tonnage) pada
2011 menjadi 3,7 GT pada 2013. Arus barang melonjak dari 943.256 ton pada 2011
menjadi 1,62 juta ton pada 2013.
”Ke depan dengan sinergi semua pihak dan kemajuan
Banyuwangi, aktivitas bongkar-muat akan terus naik. Pelindo III akan memberikan
pelayanan terbaik bagi pelaku usaha,” kata Bangun.
Dari hasil pertemuan dengan stakeholders ekspor-impor di
Banyuwangi tersebut juga muncul kesepakatan untuk memberi insentif dengan
memotong sampai 50 persen dalam hal biaya tambat dan biaya labuh. Langkah ini
dimaksudkan sebagai stimulus agar gairah bongkar-muat di pelabuhan tersebut
makin meningkat.
Bupati Anas menambahkan, selama ini belum ada data faktual
terkait aktivitas ekspor-impor di Banyuwangi, karena memang banyak pelaku usaha
yang mengekspor barangnya lewat Surabaya karena terminal petikemas di
Banyuwangi yang dinilai belum memadai. ”Banyak pelaku usaha dari Banyuwangi
yang mengekspor lewat Surabaya dan Gresik. Dengan sinergi dengan Pelindo III
dan perbaikan-perbaikan, nanti cukup ekspor lewat Banyuwangi saja, bisa lebih
efisien,” tuturnya.
Data menunjukkan, aktivitas muat barang dari Jatim yang akan
dikirim ke luar provinsi memang masih terpusat di Pelabuhan Tanjung Perak dan
Pelabuhan Gresik hingga sekitar Rp 60 triliun per tahun atau 83,68 persen dari
total aktivitas muat di Jatim.
Jpnn.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar