Syaharani terkagum-kagum dengan kesenian tradisional
Banyuwangi, Jawa Timur. Ia bahkan sampai menitikkan air mata ketika menyaksikannya
langsung dengan mata kepalanya sendiri pertunjukan Gandrung.
Pertunjukan itu, dibalut tarian dan nyanyian yang sangat
khas. Cara menyanyinya pun memiliki cengkok dan pola berbeda dari teknik vokal
pada umumnya.
"Aku sampai nangis karena tidak bisa
melakukannya," ucapnya, Sabtu, (8/3/2014), di Senayan, Jakarta.
Dan, yang membuat tambah kagum ternyata masyarakat
Banyuwangi masih meminatinya. Padahal, zaman sekarang segala hal yang berkaitan
dengan pertunjukan tradisional mulai ditinggalkan penontonnya. Kesenian itu
tergerus oleh budaya pop yang mengglobal.
"Mereka memberikan perhatian yang gede banget terhadap
Gandrung. Bukan main itu. Local star-nya juga benar-benar ada dan
ditunggu-tunggu banyak orang," ucapnya.
Berbeda dengan di Jakarta. Seandainya ada pertunjukan
tradisional biasanya hanya sebagai pemanis. Bukan menjadi pertunjukan utama.
Itu pun, sepengetahuannya, tidak banyak orang yang menyaksikan.
"Tapi, di sini (Banyuwangi) bukan main,"
tandasnya.
BIKIN VIDEO KLIP DI BANYUWANGI
Syaharani baru saja datang ke Banyuwangi bersama teman-teman bandnya, Syaharani and Queen Fireworks (ESQI:FI) untuk menikmati keindahan alam serta budayanya.
Keberadaan mereka di sana juga dalam rangka
pembuatan video klip (mereka lebih suka menyebut video trip) lagu berjudul
"Morning Coffe", single pertama album "Selalu Ada Cinta".
Selama dua hari mereka mengunjungi sejumlah tempat, mulai
dari menikmati keindahan senjakala di dataran rendah Pantai Klengkung dan
Pantai Pulau Merah. "Full sunset, matahari jatuh ke laut. Itu bagus
banget," ucapnya, (8/3/2014), di Senayan, Jakarta.
"Saya seumur-umur di Jawa Timur, belum pernah ke
Banyuwangi. Ternyata banyak sekali pemandangan yang bagus. Mereka punya pantai
yang very nice, Pulau Merah, ada pasir yang seperti tepung, kalau diinjak kaya
refleksi," kenangnya.
Perjalanan mereka kemudian dilanjutkan ke dataran tinggi
Kawah Ijen. Mereka menginap di rumah penduduk. Bersentuhan langsung dengan
budaya serta kearifan lokal. Mereka menyantap makanan khas, yang belum pernah
dikonsumsi sebelumnya.
Ia menuturkan orang Banyuwangi full fusion. Makanannya
unik-unik. Mereka suka mencampurkan dua jenis makanan yang berbeda. Ada makanan
rujak dicampur soto. Ada juga pecel dimakan pakai rawon.
"Yang menarik, makanan itu dijajakan di warung-warung.
Mereka tuh fusion banget. Aku juga suka makan nasi tempong. Kalau makan
sambalnya tuh enak banget," ucapnya.
Selama ini, yang menjadi destinasi wisata turis asing dan
turis lokal hanyalah Bali dan Yogyakarta. Banyuwangi jarang diperhitungkan.
Makanya, ia dan teman-temannya mencoba mencari destinasi yang lain, untuk
menikmati keindahan alam dan budaya di Indonesia.
Rupanya, Syaharani benar-benar jatuh cinta dengan Banyuwangi.
Tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar