Sutiah (65) berjalan di antara pohon buah naga miliknya yang
ia tanam sejak tahun 2011. Sesekali dia membersihkan buah naga yang masih belum
di panen. "Panen rayanya sekitar bulan Maret tapi kami sudah melakukan
panen sejak pertengahan Januari lalu," ungkapnya, Selasa
(4/2/2014).
Sutiah merupakan salah satu petani buah naga di Desa
Sambirejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dari 18
kelompok tani yang ada.
Dia mengaku awalnya mendapatkan bantuan dari dinas pertanian
mulai dari bibit, tiang panjatan, serta obat-obatan pertanian. "Saya hanya
punya seperempat hektar yang dikelola sendiri dengan adik perempuan saya.
Kebetulan suami sudah meninggal, jadi ya saya sendiri yang mengelola,"
jelas ibu dua anak tersebut.
Sutiah sengaja memilih menggunakan balok kayu yang kuat
sebagai tiang panjatan buah naga miliknya. "Tingginya antara 150-200 cm.
Ini bagian bawahnya juga diberi tiang agar kuat dan tidak mudah goyah terutama
saat berbuah," katanya.
Sutiah mengaku memiliki 432 tiang panjatan, yang
masing-masing satu panjatan berisi 4 pohon. "Satu panjatan bisa
menghasilkan 15 sampai 25 buah naga merah. Kalau panen biasanya saya
memperkerjakan 5 orang. Kalau panen sendiri kan tenaganya nggak kuat,"
katanya sambil tersenyum.
Sebelum berbuah, Sutiah menjelaskan bahwa dirinya sendiri
yang mengawinkan bunga buah naga secara manual. "Biasanya saya lakukan
malam hari ketika bunganya benar-benar mengembang. Kalau siang bunganya
menguncup. Kalau 432 tiang sangga ini berbunga bersamaan saya melakukan kawin
dua kali dalam semalam. Mulai jam 8 malam sampai jam 10 malam sama jam 3 dini
hari sampai jam 6 pagi," jelasnya.
"Cara kawinnya gampang, tinggal ambil yang ada putiknya
dan diletakkan di tengah pas bunganya. Harus sedikit ditekan agar nempel.
Melakukan pengawinan ini tidak boleh saat hujan. Memang sih butuh ketelatenan
dan pengalaman. Setelah satu bulan dari musim berbunga maka buahnya mulai
muncul. Saya juga biasa menggunakan pupuk sebulan sekali dua sak,"
ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Tarmidjan (44). Awalnya dia
hanya memiliki seperempat hektar, namun saat ini dia sudah menanam buah naga
dengan total luas 4 hektar. "Dari 4 hektar itu, 3/4 milik sendiri, sisanya
sewa dan juga bagi hasil. Alhamdulilah hasilnya lumayan," katanya.
Tarmidjan menceritakan setiap hektar ia bisa menghasilkan 30
sampai 40 ton buah naga merah. "Untuk harganya paling murah Rp 4.000
sampai Rp 10.000 perkilogram. Biasanya kami kirim ke wilayah Surabaya, Jakarta,
Bali dan Kalimantan," ungkapnya.
Luas lahan pertanian di wilayah Desa Sambirejo yang ditanami
buah naga sebanyak 125 hektar dan menghasilkan 3.750 ton buah naga per tahun.
Hal tesebut diungkapkan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat melakukan
panen buah naga hari ini.
"Hasil panen buah naga di wilayah Kecamatan Bangorejo
terutama di Desa Sambirejo meningkat drastis sejak 4 tahun terakhir. Sedangkan
di Banyuwangi sendiri luas lahan pertanian buah naga yang siap panen sekitar
678,5 hektar dengan produksi 20.364 ton tahun," jelasnya.
Bupati mengungkapkan ke depan akan ada paket wisata dengan
berkunjung ke kebun buah naga di Desa Sambirejo. "Jika ada wisatawan yang
datang ke sini mereka langsung bisa ikut panen dengan membayar langsung kepada
petani. Kan bisa dihargai Rp 7.000 sampai Rp 10.000 per kilo. Biar Desa
Sambirejo dikenal sebagai desa buah naganya Banyuwangi," kata Anas.
Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar