Salah satu anggota Pathok, Haidi Bing Slamet menjelaskan,
kopi olahannya dimulai dengan memilih biji kopi robusta yang baik. Biji kopi
yang dimaksud memiliki kadar air tidak lebih dari 15 persen. Itu bisa diketahui
dengan teknik khusus.
Usai memilah, biji kopi selanjutnya disangrai diatas loyang
yang terbuat dari tanah liat. Loyang tanah liat dipilih karena mampu menyimpan
suhu panas yang stabil saat dipakai untuk menyangrai biji kopi.
"Loyang tanah liat mampu menghasilkan suhu secara
stabil diatas tungku pembakaran," ujar pria yang akrab disapa Edi ini saat
memberikan penjelasan kepada detikcom dan dBlogger saat berkunjung ke rumah
produksi Kopi Kemiren, Minggu (12/1/2014).
Suhu yang stabil diperlukan saat proses menyangrai. Karena,
biji kopi akan matang secara merata dan sempurna. Selain itu, proses dan teknik
menyangrai menjadi faktor penting untuk menciptakan citarasa kopi itu sendiri.
Menurut Edi, sebaik apapun kualitas biji kopi jika cara
menyangrainya salah maka kopi akan tidak memiliki citarasa yang bagus. Biji
kopi yang disangrai tidak harus hitam. Menyangrai kopi cukup 20 menit saja.
"Biji kopi yang matang selanjutnya dipindahkan ke nyiru
dan segera diangin-anginkan. Itu perlu dilakukan agar kopi cepat dingin,"
ungkapnya.
Sebelum ditumbuk, biji kopi terlebih dahulu disimpan selama
3 hari, atau minimal 1x24 jam. Dengan tujuan mengurangi kandungan getah di biji
kopi. Usai ditumbuk hingga hancur, selanjutnya disaring (diayak) untuk
menghasilkan bubuk kopi yang halus.
Kopi Kemiren yang diberi nama Kopi Jaran Goyang ini juga
memiliki komposisi dalam penyajiannya. 1 Cangkir kopi, cukup 1 sendok makan
bubuk kopi. Air yang digunakan untuk menyeduh dianjurkan air mendidih yang didiamkan
sekitar setengah menit.
Selanjutnya air dituang cukup separuh cangkir dan diaduk
pelan sembari dituangkan kembali air yang sama hingga hampir penuh. "Ciri
kopi baik jika diseduh keluar busa dan after taste rasanya akan lama di
tenggorokan," tambah pria berbadan subur ini.
Di rumah produksi Kopi Kemiren ini, pengunjung dipersilahkan
praktek secara langsung. Mulai dari proses menyangrai, menumbuk biji kopi yang
matang, menyaring bubuk kopi hingga praktek cara penyajian kopi yang benar.
"Ternyata menumbuk kopi itu tidak mudan, capek tangan
tapi seru," ujar Ria Lyzara, dBlogger asal Madura yang memborong 30
bungkus Kopi Kemiren sekaligus.
Sementara pentester kopi Indonesia, Setiawan Subekti
menambahkan, memproses Kopi tidak harus hitam. Kalo hitam berarti gosong dan
itu tidak enak. Pria asal Banyuwangi ini, berpendapat sebagus apapun biji kopi
hasilnya tidak akan sempurna jika proses menyangrainya tidak benar.
"Kuncinya adalah pada sangrai kopi," tegas pria
yang juga pembimbing Paguyuban Tholik Kemiren, ini.
Dia menambahkan, Banyuwangi miliki kebun kopi yang luas. Dia
berkeinginan Banyuwangi menjadi kota kopi, dengan berdayakan masyarakatnya.
Detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar