Buah manggis asal Indonesia kembali bisa masuk pasar China
setelah sempat terhambat akibat dinilai menggandung residu pestisida.
Ketua Gabungan Kelompok Tani Pasujen Kalipuro Banyuwangi
Abdul Rohim menguraikan pengiriman manggis ke China sudah mulai stabil.
Setidaknya setiap bulan 1 ton sampai 1,8 ton bisa dikirim ke negara Tirai Bambu
tersebut.
“Tahun [2013] lalu kami petani menilai dipersulit, sebab
mereka menolak karena ada residu. Tapi akhir-akhir ini sudah bisa mengirim
lagi,” jelasnya dihubungi dari Surabaya, Selasa (14/1/2014).
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
mencatat pada Maret 2013 ekspor manggis ke China hanya 1 ton padahal Januari
periode yang sama 43 ton. Sedangkan tahun 2012 ekspor pada Januari 2.391 ton
dan 2.618 ton pada Maret.
Sementara di Jawa Timur, Kecamatan Kalipuro, Songon dan
Glagah Banyuwangi merupakan salah satu sentra penghasil manggis. Produksi
manggis wilayah itu bisa 17.289 ton per tahun dengan masa panen Januari-Juni.
Abdul Rohim menguraikan penolakan China atas produk manggis
asal Indonesia akibat ditemukan pestisida. Padahal, tanaman ini tidak mengenal
obat-obatan sejak di lahan.
“Ternyata ada eksportir menyemprotkan pestisida untuk
menghilangkan semut. Semut biasa jadi ganjalan ekspor saat di karantina. Bekas
pestisida itulah dinilai sebagai residu,” urainya.
Petani saat ini, sambungnya, tetap menghindari penggunaan
pestisida untuk menghilangkan semut. Sehingga hewan yang termasuk serangga itu
kini dihalau melalui perawatan sejak di lahan.
Menurutnya usaha tersebut mulai mendorong kembali ekspor ke
China. Setidaknya, ia bersama kelompok tani sudah bisa mengirim minimal 1 ton
setiap bulan ke China.
“Potensi produksi Banyuwangi bisa sekitar 20.000 ton per
tahun, 30%-40% ekspor. Sedangkan yang masuk pasar lokal 20% bisa dipasarkan ke
supermarket,” urainya.
Abdul Rohim menuturkan harga ekspor manggis bisa di atas
Rp20.000 per kilogram dan sekitar Rp15.000 untuk pasar lokal. Harga itu relatif
tinggi karena dipicu kenaikan permintaan menjelang Imlek.
Merujuk data Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian ekspor manggis Januari-Oktober 2013 sebanyak 5.153 ton dengan
nilai sekitar US$4 juta ton. Pada periode Januari-Oktober 2012 ekspor mencapai
19.850 ton dengan nilai sekitar US$20 juta.
Adapun negara tujuan ekspor antara lain Hongkong, China,
Malaysia, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab. Jumlah ekspor cenderung tinggi di
semester pertama seiring masa panen manggis mulai Januari dan puncaknya pada
Juni.
Solopos.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar