Seperti
telah diketahui Banyuwangi akan segera memiliki bandara dengan konsep ramah lingkungan atau green airport. Bandara Blimbingan yang sudah ada tersebut akan
diubah dengan konsep hijau yang diusung oleh Pemerintah kabupaten (Pemkab)
Banyuwangi.
Tapi barangkali
banyak yang tidak mengetahui, apa sebenarnya alasan dibalik rencana membangun green airport
tersebut.
Bupati
Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas mengatakan, konsep green airport ini bermula
ketika dirinya berbincang dengan para pengusaha yang menginginkan agar
Banyuwangi memiliki bandara yang ramah lingkungan dan menyerupai resort.
"Sebelum
memutuskan ini saya bertemu orang-orang yang sudah lama kaya di Jakarta, jadi
bukan yang baru kaya sebab, mereka (yang baru kaya) akan merekomendasikan untuk
membangun yang modern dan pakai banyak kaca. Tapi kalau orang-orang kaya ini
menyarankan bikin seperti resort bandara," ujar Azwar di Banyuwangi, Kamis
(23/1/2014).
Dia
menjelaskan, bandara yang direncanakan memiliki kapasitas 250 ribu orang ini
nantinya tanpa menggunakan air conditioner (AC) sehingga ramah bagi lingkungan.
"Mudah-mudahan
ini menjadi green airport pertama tanpa AC dengan desain khusus sehingga angin
bisa masuk ke dalam ruangannya," lanjutnya.
Azwar
menyatakan, bandara yang akan dimulai pembangunannya pada tahun ini merupakan
bandara dengan biaya pembangunan termurah karena hanya membutuhkan dana sebesar
Rp 40 miliar.
"Ini
bandara paling murah dibangun di Indonesia. Kalau Bandara Berau itu Rp 400
miliar pake APBD 2 tahun, Labuan Bajo Rp 200 miliar. Kami hanya butuh Rp 40
miliar untuk membangun bandara ini selesai," kata Azwar.
Alasan Azwar
memilih untuk tidak menghambur-hamburkan anggaran untuk membangun bandara ini
karena disesuaikan dengan pembangunan jalan di Banyuwangi lebih diprioritaskan.
"Kalau
saya bangun bandara dengan Rp 400 miliar tetapi jalan kami masih banyak yang
rusak. Tidak adil rasanya APBD digunakan untuk membangun bandara yang secara
fungsinya terlalu boros. Karena dengan lima operator penerbangan dan tanpa AC
akan menghemat semakin banyak," jelas Azwar.
Selain itu,
bandara ini akan memanfaatkan tata ruang semaksimal mungkin sehingga tidak
menghilangkan tradisi mengantar calon penumpang ke bandara yang sudah menjadi
kebiasaan diwilayah tersebut.
"Kami
juga hemat dalam konteks penggunaan ruang. Karena kalau disini yang berangkat 1
orang, yang mengantar 3 mobil, akhirnya tidak fungsional. Makanya kita bikin
tingkat, jadi diatas buat pengantar sehingga mereka tidak menganggu, tidak
diusir dan juga tidak menghilangkan tradisi mereka," tutur Azwar.
Biaya
pembangunan bandara ini akan menggunakan skema public private partnership
antara Pemkab dan pengusaha. "Kami minta bantuan pengusaha dengan privat
partnership," tandas Azwar.
Liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar