Pemkab Banyuwangi segera mencanangkan
program Zakat Oksigen, yakni menggalakkan penanaman pohon di berbagai lembaga
atau instansi di Banyuwangi. Hal itu diungkapkan Bupati Banyuwangi Abdullah
Azwar Anas dalam pertemuan sarasehan halaqoh yang dihadiri beberapa ormas
Islam, Rabu (4/12) di Gedung KORPRI.
Bupati Anas mengatakan, Zakat
Oksigen menjadi bukti bahwa Banyuwangi tak hanya puas dengan penghargaan yang
diperoleh. Senin (25/11) lalu Banyuwangi baru saja dianugerahi
penghargaan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai juara I lomba penanaman 1 miliar pohon tingkat nasional yang diserahkan pada acara Puncak
Peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional (BMN)
2013 di Karangasem, Bali . “Penanaman pohon tak boleh berhenti meski Bumi
Blambangan ini telah memperoleh award,”tegas Bupati Anas.
Kenapa program ini dinamakan zakat oksigen? Bupati menjelaskan, menanam 1 pohon sama dengan menzakatkan oksigen. Dengan adanya oksigen, metabolisme tubuh menjadi lancar. Semakin banyak pohon di sekitar kantor, pondok pesantren, masjid, rumah dan sekolah, maka oksigennya semakin banyak. “Bayangkan saja, apabila kita sakit dan membutuhkan oksigen, harga oksigen per liter sebesar Rp 25 ribu. Padahal dalam sehari, manusia menghirup oksigen sebanyak 2880 liter. Jika dikalikan, 2880 liter x Rp 25 ribu = Rp 72 juta/hari. Atau Rp 5 miliar 550 ribu/bulan , yang juga sama artinya dengan Rp 67 miliar/tahun. Ongkos sebesar itu tak akan kita keluarkan jika banyak pihak sadar untuk melakukan penananaman pohon,”urai bupati.
Melalui kegiatan halaqoh yang diadakan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) ini, Bupati Anas mengaku ingin menyiapkan ‘kaki’ untuk program zakat oksigen. “Kami berharap ini menjadi gerakan ibadah. Dimulai dari para ulama dan tokoh agama. Harapannya, 5 tahun mendatang kita sudah bisa merasakan impact-nya (manfaatnya, Red),”tandas mantan anggota DPR RI tersebut di hadapan 200 peserta yang berasal dari NU, Muhammadiyah, MUI, LDII, Muslimat, Fatayat, Aisyiyah, dan Yayasan Al-Irsyad.
Ajang berkumpulnya para tokoh agama Islam ini juga tak disia-siakan bupati untuk menceritakan progress pembangunan yang telah berhasil dicapai Banyuwangi. Dan peserta pun seolah tak mau melewatkan kesempatan untuk berdialog dengan orang nomor satu di Banyuwangi itu. Salah satunya dari Ketua LDII Banyuwangi, Hariadji Sujito, yang berharap agar halaqoh semacam ini terus ada, untuk mengeratkan tali silaturrahim. Menanggapi hal tersebut, Bupati Anas mengatakan, para ulama, tokoh agama dan tokoh masyarakat berkontribusi penting sebagai stake holder untuk membangun Banyuwangi. “Kita baru saja mendapatkan 3 penghargaan JPIP Award sekaligus, satu diantaranya terkait kinerja dan partisipasi publik. Pertemuan halaqoh seperti inilah dan pertemuan 3 pilar menjadikan Banyuwangi mendapatkan point tinggi. Karena itu pertemuan semacam ini akan terus kami hidupkan,”pungkas bupati.
Kenapa program ini dinamakan zakat oksigen? Bupati menjelaskan, menanam 1 pohon sama dengan menzakatkan oksigen. Dengan adanya oksigen, metabolisme tubuh menjadi lancar. Semakin banyak pohon di sekitar kantor, pondok pesantren, masjid, rumah dan sekolah, maka oksigennya semakin banyak. “Bayangkan saja, apabila kita sakit dan membutuhkan oksigen, harga oksigen per liter sebesar Rp 25 ribu. Padahal dalam sehari, manusia menghirup oksigen sebanyak 2880 liter. Jika dikalikan, 2880 liter x Rp 25 ribu = Rp 72 juta/hari. Atau Rp 5 miliar 550 ribu/bulan , yang juga sama artinya dengan Rp 67 miliar/tahun. Ongkos sebesar itu tak akan kita keluarkan jika banyak pihak sadar untuk melakukan penananaman pohon,”urai bupati.
Melalui kegiatan halaqoh yang diadakan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) ini, Bupati Anas mengaku ingin menyiapkan ‘kaki’ untuk program zakat oksigen. “Kami berharap ini menjadi gerakan ibadah. Dimulai dari para ulama dan tokoh agama. Harapannya, 5 tahun mendatang kita sudah bisa merasakan impact-nya (manfaatnya, Red),”tandas mantan anggota DPR RI tersebut di hadapan 200 peserta yang berasal dari NU, Muhammadiyah, MUI, LDII, Muslimat, Fatayat, Aisyiyah, dan Yayasan Al-Irsyad.
Ajang berkumpulnya para tokoh agama Islam ini juga tak disia-siakan bupati untuk menceritakan progress pembangunan yang telah berhasil dicapai Banyuwangi. Dan peserta pun seolah tak mau melewatkan kesempatan untuk berdialog dengan orang nomor satu di Banyuwangi itu. Salah satunya dari Ketua LDII Banyuwangi, Hariadji Sujito, yang berharap agar halaqoh semacam ini terus ada, untuk mengeratkan tali silaturrahim. Menanggapi hal tersebut, Bupati Anas mengatakan, para ulama, tokoh agama dan tokoh masyarakat berkontribusi penting sebagai stake holder untuk membangun Banyuwangi. “Kita baru saja mendapatkan 3 penghargaan JPIP Award sekaligus, satu diantaranya terkait kinerja dan partisipasi publik. Pertemuan halaqoh seperti inilah dan pertemuan 3 pilar menjadikan Banyuwangi mendapatkan point tinggi. Karena itu pertemuan semacam ini akan terus kami hidupkan,”pungkas bupati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar