Kabupaten Banyuwangi menggelar Festival Kuwung, Sabtu
(14/12/2013) dalam rangka memperingati hari jadi Banyuwangi ke-242 tahun dan
diikuti sekitar 1000 peserta.
Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata M.Y Bramuda mengungkapkan
Festival Kuwung yang diikuti oleh lebih dari 1000 peserta ini menjadi wadah
bagi masyarakat Banyuwangi untuk mengekspresikan kekayaan seni dan budaya
daerah."Festival Kuwung ini benar-benar menampilkan Banyuwangi
secara asli baik seni, budaya dan berbagai potensinya," ujarnya.
"Kami ingin mengenalkan sejarah Gandrung kepada
masyarakat dan para undangan, karena festival Kuwung ini mengangkat berbagai
seni, budaya, adat dan sejarah Banyuwangi serta semua potensi daerah baik
industri maupun kekayaan wisata yang ada," ungkapnya.
Bramuda juga menjelaskan festival Kuwung merupakan ajang
tahunan yang digelar setiap Desember. "Kenapa Desember, karena hari Jadi
Banyuwangi jatuh pada 18 Desember. Kuwung sendiri maknanya adalah pelangi yang
menggambarkan berbagai macam warna budaya, seni, adat dan sejarah di Banyuwangi
yang memberikan warna tersendiri untuk kekayaan budaya Indonesia," jelasnya.
Festival Kuwung pada tahun ini dimulai dengan opening
tari-tarian. Tarian pertama berjudul Sampur Jingga Blambangan, mengisahkan
prosesi laku benang merah seni Gandrung yang kemunculannya didahului oleh tari
Seblang, Gandrung Lanang dan Gandrung Wadon. Rangkaian opening kemudian disusul
oleh pertunjukan drumband.
"Setelah opening langsung dilanjutkan oleh tari-tarian
dari kabupaten/kota tetangga yakni Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kabupaten
Kediri dan Kabupaten Ponorogo," kata Bramuda.
Usai pelaksanaan pembukaan, pertunjukan inti Festival Kuwung
dimulai dengan pawai enam defile yang dibagi atas tema sejarah, industri
kreatif, seni, adat tradisi, agro wisata dan objek wisata.
Tema sejarah mengangkat 'Agul-agule Wong Agung Wilis'
diiringi musik Janger. Tema Ini mengisahkan kegigihan perjuangan Wong Agung
Wilis dalam menentang kehadiran VOC di bumi Blambangan khususnya di Khuta
Lateng. Pusat Pertempurannya terjadi di Blimbingsari yang sekarang menjadi
Lapangan terbang.
Selanjutnya barisan Industri Kreatif menyajikan 'Dudu Jajang
Kambang', mengangkat berbagai potensi bambu mulai industri kerajinan bambu
seperti perabot rumah tangga hingga asesoris interior serta permainan khas
bambu salah satunya egrang. Tidak ketinggalan pertunjukan kesenian yang
menggunakan bambu sebagai alat musik juga dimunculkan seperti angklung paglak,
angklung caruk dan patrol.
Sementara barisan Adat Tradisi menampilkan Arak-arakan
Kemanten Banyuwangi yang diiringi oleh musik Kuntulan. Selain Kemanten Adat
Using, arak-arakan ini juga menampilkan berbagai adat kemanten yang ada di
tengah masyarakat seperti kemanten Jawa dan madura. Sedangkan defile Agro
Wisata menampilkan Pesisir Manis Wetan, yang menyampaikan informasi tentang
kegiatan masyarakat pesisir. Dimulai dengan ritual mohon doa keselamatan,
berlayar di laut , pulang membawa ikan, hingga kemudian bersyukur atas ikan
yang diperoleh.
Pada Barisan objek wisata memunculkan tema Syurganya Pulau
Merah yang menampilkan pesona keindahan Pulau Merah, lengkap dengan kuliner dan
olahraga lautnya yang khas (surfing). Dan pada barisan terakhir, penampilan
Barong Ider Bumi menjadi defile yang merepresentasikan salah satu adat budaya
Banyuwangi. Barisan yang dilengkapi dengan Barong Cokot, Barong Prejeng dan
Gebyar Barong akan menjadi penutup pada Festival Kuwung tahun ini.
"Semua penampilan parade tersebut akan dikemas dalam
bentuk tarian dan teatrikal yang dikemas secara apik. Selain itu juga ada
penampilan kendaraan hias yang akan membuat sajian pertunjukan semakin
menarik," pungkas Bramuda.
pertunjukan Festival Kuwung dimulai pada pukul 12.00 WIB.
Seluruh Defile melintas di sepanjang catwalk jalan raya, dengan rute, Jalan A
Yani (depan Pemkab Banyuwangi) Jalan PB Soedirman Jalan Susuit Tubun dan finish
di Gesibu Blambangan.
Dalam sambutannya di awal acara, Bupati Banyuwangi Abdullah
Azwar Anas menjelaskan perbedaan Festival Kuwung dengan Banyuwangi Ethno
Carnival yang sebelumnya telah berlangsung.
"Kalau BEC bentuknya tematik, desain baju tertentu. Tapi
kalau Festival Kuwung adalah bagian dari budaya asli rakyat Banyuwangi yang
sudah berlangsung lama," kata Azwar dalam sambutannya.
Acara ini disaksikan oleh ribuan penonton yang memadati jalan-jalan protokol di Banyuwangi. Acara semakin marak saat ditampilkan pasangan pengantin dari Belanda yang ikut memeriahkan Festival Kuwung.
PADAT AGENDA, BANYUWANGI KEKURANGAN HOTEL
PADAT AGENDA, BANYUWANGI KEKURANGAN HOTEL
Banyaknya agenda budaya di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur,
menjadikan permintaan hotel dan penginapan di kabupaten paling ujung timur
Pulau Jawa ini meningkat drastis. Bahkan banyak wisatawan yang tidak
mendapatkan hotel.
Hal ini disampaikan oleh Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar
Anas di sela-sela acara Festival Kuwung di halaman kantor Bupati Banyuwangi,
Sabtu (14/12).
"Sambutan masyarakat luar biasa, malah yang kurang
sanggup menampung wisatawan hotelnya," kata Anas saat ditanya antusiasme
masyarakat terkait banyaknya festival di Banyuwangi.
Saat libur Natal dan tahun baru, permintaan hunian kamar
hotel-hotel di Banyuwangi meningkat. Bahkan untuk tanggal 25-26 Desember,
travel agent mengaku kesulitan mendapatkan kamar hotel untuk para pelancong ke
Kota Gandrung tersebut.
Anas mengatakan, untuk memenuhi banyaknya permintaan hotel
ini, tak lama lagi akan dibangun lima hotel di Banyuwangi dengan nilai ratusan
miliar Rupiah.
"Dari lima hotel yang akan dibangun tersebut, nilai
investasi masing-masing hotel antara Rp 48-65 miliar," ungkap mantan
anggota DPR RI dari Fraksi PKB tersebut.
Salah satu resor yang akan dibangun adalah di kaki Gunung
Ijen. Resor ini nantinya akan ada 3 tipe. "Tipe pertama akan dibangun
resor di atas pohon," ujarnya.
"Kehadiran resor ini nantinya akan semakin meneguhkan
Ijen sebagai destinasi wisata unggulan. Pembangunannya dimulai Januari
2014," imbuh Anas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar