Sekolah pilot atau yang secara resmi disebut Loka
Pendidikan dan Pelatihan Penerbang Banyuwangi (LP3B) senilai Rp 39 miliar
diresmikan oleh Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan Santoso Edi Wibowo di
kawasan Bandara Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, Senin (23/12/2013).
"Dengan
dana 39 miliar dari APBN, sekolah pilot mempunyai fasilitas yang lengkap mulai
dari ruang kelas, ruang simulator, ruang laboratorium komputer, klinik
kesehatan, ruang makan dan ruang rekreasi. Untuk ruang simulator dilengkapi
dengan 3 alat simulator full motion yang bisa digunakan siswa untuk latihan
mengendalikan pesawat," kata Santoso ketika meresmikan sekolah pilot
tersebut.
"LP3B
ini akan menjadi pusat pendidikan yang unggul. Kami juga bekerja sama dengan
Boeing untuk melakukan supervisi untuk meningkatkan kualitas SDM di industri
penerbangan, termasuk para pilot di sekolah ini," tambah Santoso.
Sekolah
pilot tersebut bisa menampung 80 taruna, serta ada bangunan hanggar
berkapasitas 12 pesawat, apron beserta taxiway atau landasan parkir dan
landasan penghubung antara hanggar dan landasan pacu pesawat.
"Pemkab
Banyuwangi telah menyediakan tanah seluas 5 hektar dan yang telah dibangun ada
sekitar 2,4 hektar," kata Santoso.
Menurutnya,
SDM merupakan faktor vital dalam industri penerbangan. Indonesia membutuhkanbanyak penerbang. Setidaknya dibutuhkan sekitar 800 pilot per tahun. Adapun
untuk kawasan Asia, kebutuhannya mencapai sekitar 185.000 pilot hingga 2031.
"Fasilitas
pendidikan ini adalah bagian dari upaya pemerintah menyiapkan sumberdaya
manusia (SDM) penerbang yang andal di tengah semakin berkembangnya industri
penerbangan nasional. Saat ini jumlah maskapai dan rute terus berkembang,
sehingga di sisi hulunya, seperti kesiapan SDM, harus benar-benar bagus,"
kata Santoso di sela-sela peresmian gedung LP3B di Banyuwangi.
Untuk
mendukung sekolah pilot Loka Pendidikan dan Pelatihan Penerbang Banyuwangi
(LP3B) yang berlokasi di Kabupaten Banyuwangi, Kementerian Perhubungan RI
mengalokasikan anggaran Rp 128 miliar untuk membeli 16 pesawat latih jenis
Tobago TB-10 mulai 2014 hingga 2019.
Kepala Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Direktorat Perhubungan Udara Kementerian
Perhubungan, Yudhisari, mengatakan pembelian pesawat dilakukan bertahap.
"Kami beli empat unit dulu tahun depan senilai Rp 32 miliar," kata
dia saat peresmian gedung LP3B.
Sebelumnya,
sekolah pilot ini merupakan bagian dari jurusan Akademi Teknik KeselamatanPenerbangan (ATKP) Surabaya. Bandara Blimbingsari, Banyuwangi, digunakan saat
praktik penerbangan. Dengan rampungnya gedung LP3B, berarti pengembangan dari
jurusan yang ada di ATKP Surabaya menjadi sekolah tersendiri.
Saat ini sudah ada 47 taruna yang bersekolah di LP3B dan pertengahan tahun 2014 nanti akan ada 12 orang siswa angkatan pertama yang akan diwisuda.
Saat ini sudah ada 47 taruna yang bersekolah di LP3B dan pertengahan tahun 2014 nanti akan ada 12 orang siswa angkatan pertama yang akan diwisuda.
Sekolah
pilot negeri di Banyuwangi ini merupakan fasilitas pendidikan pilot kedua yang
dimiliki pemerintah setelah sekolah serupa di Curug, Tangerang, Banten yang
berdiri pada 1952.
BUPATI ANAS
: PENERBANGAN SEKTOR VITAL
Kehadiran
sekolah pilot ini disambut gembira oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Menurut Anas, kehadiran LP3B akan semakin melengkapi infrastruktur pendidikan
yang ada di kabupaten berjuluk The Sunrise of Java tersebut, yang juga telah
memiliki Politeknik Negeri Banyuwangi.
"Penerbangan
adalah sektor vital dan pengungkit ekonomi. Banyuwangi ingin ikut berkontribusi
pada peningkatan kualitas industri penerbangan nasional. Apalagi, kami punya
bandara berkonsep bagus, tahun depan Bandara Blimbingsari Banyuwangi yang telah
ada akan diubah menjadi green airport, bandara tanpa AC pertama di
Indonesia," kata Anas.
Anas
mengatakan, sebagai negara kepulauan dengan 17.000 buah pulau dan 240 juta jiwa
penduduk, Indonesia adalah pasar besar bagi industri penerbangan. Apalagi, lanjut
dia, saat ini, industri penerbangan nasional tengah berada pada momentum emas
untuk terus melaju. Pertumbuhannya mencapai kisaran 15-18 persen per tahun.
Karena itu, pengembangan SDM pilot melalui sekolah pilot di Banyuwangi ini akan
sangat mendukung terciptanya industri penerbangan nasional yang kompetitif.
"Indonesia
harus mengantisipasi kebijakan ASEAN Open Sky 2015 dan kebijakan pasar
penerbangan tunggal ASEAN 2020. Kita membutuhkan setidaknya tambahan 4.000
pilot, 1.000 pengatur lalu lintas, dan 4.500 teknisi," kata Anas.
Beritasatu.com, Kompas.com, Tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar