Paju Gandrung sewu diawali dengan pemasangan Kiling oleh belasan laki-laki berpakaian khas Banyuwangi di
tengah lapangan. Killing adalah kincir
angin yang terbuat dari bambu yang tingginya mencapai 10 meter, yang biasa
digunakan petani di Banyuwangi untuk menghalau burung. Sementara itu, seorang
laki-laki paruh baya membakar menyan.
Setelah kiling terpasang, suasana magis semakin terasa.
Beberapa penari Seblang memasuki lapangan diiringi dengan lagu Banyuwangi Podo
Nonton. Seblang adalah cikal bakal dari penari Gandrung. Lalu muncul Gandrung
pertama seorang laki-laki yang bernama Marsan. Lambat laut Gandrung berkembang
dan lebih banyak dibawakan oleh perempuan yang di muncul pada fragmen seorang
penari Gandrung yang diusung menggunakan tandu.
Penari Gandrung yang menggunakan selendang putih tersebut
menggambarkan penari gandrung perempuan pertama yang bernama Gandrung Semi
Kemudian beberapa penari Gandrung membawakan tarian Jejer Gandrung.
Di fragmen ini, digambarkan penari gandrung yang menari
hingga tengah malam. Dimana pengiring (paju) bergabung dan menari sambil
memberi saweran kepada penari gandrung. Kadang diselingi dengan minuman keras.
Yang membuat citra kesenian gandrung menjadi negatif di mata masyarakat.
"Nah, disitu tadi terjadi dialog bahwa praktik itu akan
menghalangi perkembangan tari gandrung di masyarakat. Diakhir cerita mereka bersepakat
bahwa gandrung harus tumbuh di masyarakat dengan citra positif," kata
koordinator panitia Paju Gandrung Sewu, Budianto.
Setelah fragmen tersebut selesai, ribuang gandrung diiringi
pengiring atau yang biasa disebut "paju" masuk ke dalam lapangan.
Usia mereka beragam mulai usia 9 tahun hinggai 71 tahun. Mereka menari Gandrung
bersama-sama diiringi dengan gamelan Kembang Waru dan Embat-embat.
"Ada sebanyak 2.106 penari yang terlibat, baik penari
Gandrung atau pengiring yang disebut 'paju'. Dan ada 161 kru termasuk puluhan
penabuh gamelan (wiyogo) dan pesinden," tambah Budianto.
Ia juga menjelaskan Tari Kolosal Gandrung Sewu dijadikan
perhelatan khusus karena melibatkan interaksi dengan masyarakat, di mana Paju
adalah para penonton pria yang ikut diajak menari. "Paju Gandrung biasanya
dihadirkan saat masyarakat Using, suku asli Banyuwangi menggelar hajatan,"
jelasnya.
MEGAWATI DIAJAK MENARI
Sebelumnya, para penari gandrung juga mendatangi Megawati
Soekarnoputri, yang duduk di panggung undangan khusus untuk ikut menari.
Megawati nampak malu-malu dan diam beberapa saat untuk ikut menari bersama di
atas panggung dengan iringan musik khas kesenian gandrung.
Di fragmen pamungkas, muncul ribuan penari gandrung yang
meliuk-liuk menari secara kolosal. Disusul munculnya ribuan paju yang bergabung
sebagai penari pengiring. Suasana kian meriah saat ribuan pasang penari ini
membentuk formasi "I Love BWI (baca Banyuwangi)" sembari melempar
selendang yang ditahan di tangannya berulang-ulang.
Penampilan ribuan penari secara kolosal ini membuat bulu
kuduk penonton menjadi merinding. Liukan gerakan penari yang indah dan seirama
mengikuti alunan musik khas Banyuwangi bercampur aroma kemenyan yang dibakar
menciptakan atmosfer magis yang kuat. Begitu juga dengan senyum manis namun
misterius yang selalu hadir dibibir para Gandrung.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pagelaran
Paju Gandrung Sewu ini sebuah pertunjukan yang menceritakan cuplikan cerita
gandrung yang berkembang di masyarakat. Parade penari ini memperkuat event
atraksi wisata budaya di Banyuwangi, seperti Banyuwangi Ethno Carnival (BEC)
dan Festival Kuwung.
"Parade penari ini akan memperkuat event atraksi wisata
budaya di Banyuwangi," tuturnya.
Kompas.com, Detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar