Parade budaya etnik "Banyuwangi Ethno Carnival" menandai
dibukanya Banyuwangi Festival 2013 yang berlangsung mulai September hingga
Desember 2013.
BEC yang mengambil tema "The Legend of
Kebo-keboan" itu, dibuka oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di
depan Taman Blambangan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu, 7/9/2013. dengan
disaksikan ribuan warga setempat dan dari luar daerah.
Ada sekitar 300 talent berparade di Jalan Susuit Tubun,
Banyuwangi. Peserta karnaval berjalan sepanjang 3 kilometer mengelilingi kota
Banyuwangi. Para talent berjalan diiringi musik etnik khas Banyuwangi yang
dikolaborasikan dengan musik modern.
Ribuan warga dan wisatawan juga ikut memadati jalanan yang
disulap menjadi catwalk untuk para peserta karnaval. "Karnaval adalah
salah satu cara efektif untuk mempromosikan pariwisata daerah. Karena itulah,
BEC ini digelar. Tahun ini BEC telah memasuki penyelenggaraan yang
ketiga," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Pendopo Kabupaten
yang berada di Jalan Sritanjung.
Parade budaya etnik diawali dengan penampilan ratusan
perempuan dari berbagai sanggar seni yang menampilkan kesenian khas Banyuwangi,
Tari Gandrung. Mereka berlenggak-lenggok di depan tenda
undangan dan penonton dengan gerakan lemah-gemulai. Sejumlah warga ekspatriat
yang tinggal dan sedang mempelajari kesenian Banyuwangi ikut berparade bersama
peserta lainnya, dan dilanjutkan defile budaya etnik yang menampilkan tema
"kebo-keboan" (kerbau).
Tema "The Legend of Kebo-keboan" diambil dari
salah satu tradisi lokal yang telah berumur ratusan tahun dan masih
dilestarikan masyarakat Banyuwangi, yakni sebuah ritual sebagai wujud doa dan
pengharapan agar hasil panen bisa melimpah.
Menurut Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, pada even BEC
ini, terdapat tiga sub tema yang diangkat, sekaligus menandai defile-defile,
yaitu Kebo Geni yang menandakan semangat dan jiwa pemberani, Kebo Bayu Tirta
sebagai penanda kedamaian, dan Kebo Bumi (isyarat kesuburan).
Anas mengatakan, BEC mempunyai garis pembeda yang jelas
dengan karnaval-karnaval yang diselenggarakan kota lain. Di antaranya, BEC
mengusung tema kebudayaan lokal. "Ketika karnaval lain sibuk menarik tema
dari luar ke dalam, Banyuwangi malah sebaliknya, yaitu menggali apa yang
dimiliki di dalam untuk diperkenalkan ke luar. Kita ingin membagi kebudayaan
lokal untuk masyarakat global," kata Anas meyakinkan.
Dijelaskan Anas, kenapa BEC kali ini mengambil tema the
Legend of Kebo-keboan, karena ritual kebo-
keboan dilakukan sebagai wujud doa
dan pengharapan agar hasil panen bisa melimpah. "Ritual itu telah
berkembang di Banyuwangi selama ratusan tahun. Dan kami ingin anak muda
sekarang tetap mengenal budaya lokal dan menjadi kebanggaan di tengah
perkembangan zaman yang cukup canggih (era teknologi)."
Anas menambahkan, berbagai pergelaran pariwisata event
(event tourism) dalam rangka Banyuwangi Festival diharapkan bisa meningkatkan
peran sektor pariwisata untuk menggerakkan ekonomi daerah.
Banyuwangi Festival menampilkan berbagai atraksi budaya dan
event yang berbasis potensi alam di kabupaten berjuluk The Sunrise of Java itu.
Mulai dari karnaval etnik, sport-tourism (Tour de Ijen), Sewu Paju Gandrung,
sampai jazz pantai bersama Trio Lestari (Tompi, Glenn Fredly, Sandhy Sondoro).
"Rangkaian Banyuwangi Festival ini bakal memberikan Banyuwangi Experience
yang tak akan bisa ditemui di daerah lain," pungkas Anas.
Antaranews.com, Merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar