Pemerintah Jawa Timur tahun ini mengalokasikan anggaran Rp
10 miliar untuk terus memperpanjang dermaga Pelabuhan Tanjung Wangi di
Kabupaten Banyuwangi.
Menurut Administratur Pelabuhan Tanjung Wangi Sri Sukaesih,
dana Rp 10 miliar tersebut untuk membenahi demaga kedua, yakni menambah
panjangnya 23 meter dan lebar 20 meter, sehingga panjang dermaga kedua menjadi
50 meter.
Sukaesih menjelaskan pengerjaan dermaga akan dimulai bulan
depan oleh oleh PT Inti Jawa sebagai pemenang tender. "Lelang sudah
dilakukan di Surabaya," katanya, Jumat, 13 September 2013.
Sukaesih mengatakan, meski terus diperpanjang, kapasitasdermaga kedua dinilai belum ideal, terutama agar bisa disandari oleh kapal
kargo. Sebab, panjang dermaga harus mencapai minimal 150 meter. "Minimnya
anggaran menjadi kendala perbaikan infrastruktur pelabuhan," ujarnya.
Sejak tahun 2011-2012, kata Sukaesih, Kementerian
Perhubungan mengucurkan dana dari APBN senilai Rp 40 miliar. Anggaran digunakan
untuk reklamasi pantai seluas 1.500 meter persegi dan pembuatan dermaga baru
sepanjang 31 meter.
Menurut Sukaesih, anggaran tersebut masih kecil. Sebab,
untuk mewujudkan dermaga sepanjang 150 meter dibutuhkan anggaran Rp 129 miliar.
Kementerian Perhubungan memproyeksikan Tanjungwangi sebagai
pelabuhan ekspor-impor, sekaligus untuk mengurangi beban Pelabuhan Tanjung
Perak, Surabaya. Namun, karena keterbatasan infrastruktur, Pelabuhan Tanjung
Wangi belum memungkinkannya untuk difungsikan sebagai pelabuhan ekspor dan
impor.
Saat ini Pelabuhan Tanjung Wangi hanya memiliki dermaga
sepanjang 518 meter dengan kapasitas empat kapal besar. Dalam kondisi seperti
itu, dermaga juga harus menampung kapal perintis pengangkut penumpang dan kapal
nelayan. Akibatnya, waktu tunggu kapal yang akan masuk ke dermaga bisa mencapai
satu bulan.
Pemilik UD Kayu Mas Banyuwangi Ali Asegaf, 35 tahun, sudah
lama mengharapkan agar Pelabuhan Tanjung Wangi bisa segera melayani
ekspor-impor. Sebab, dengan beroperasinya Tanjung Wangi, dapat menekan biaya
produksi.
Perusahaan pembuat lantai dari bahan kayu tersebut selama
ini mengekspor barangnya ke Singapura dan Eropa melalui Pelabuhan Tanjung
Perak, Surabaya, dengan waktu tempuh perjalanan darat selama delapan jam.
Jauhnya jarak antara Banyuwangi ke Surabaya, kata Asegaf,
membuat ongkos makin tinggi. Dia harus merogoh uang Rp 4 juta untuk perjalanan
satu kontainer. "Padahal sekali kirim bisa 4-5 kontainer," ucap
Asegaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar