Selain Trenggalek, Kabupaten Banyuwangi adalah salah satu sentra produksi manggis
terbesar di Jawa Timur. Buah manggis asal
Banyuwangi merupakan pemasok utama bagi pasar modern di Jakarta, Bandung,
Surabaya, Denpasar dan beberapa kawasan lain di Indonesia.
Tidak hanya itu, manggis Banyuwangi juga tembus ke pasar
ekspor. Diantaranya China, Taiwan, Singapura dan Timur Tengah. Sementara sentra
kawasan manggis di Banyuwangi sendiri tersebar di 7 Kecamatan. Diantaranya
Kecamatan Kalipuro, Songgon, Sempu, Glenmore, Licin, Glagah dan Giri.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
(Disperhutbun) Banyuwangi, Ikrori Hudanto menjelaskan pola pengembangan manggis
di Banyuwangi masih dalam skala pola hutan. Dimana petani masih menerapkan pola
budidaya liar.
Disperhutbun mengaku sedang getol memberikan pengetahuan,informasi serta pengarahan kepada para petani manggis untuk beralih ke polatanam. Dimana dari pola skala hutan diharapkan memulai penanaman manggis skala
perkebunan.
“Kita memberikan pengetahuan tentang tata cara mengebunkan
manggis (penanaman skala perkebunan) dengan cara tanam teratur, pemupukan
terutama penanganan pasca panen,” jelas Ikrori, Selasa (29/7/2013).
Potensi manggis di Banyuwangi, sambung Ikrori, dikembangkan
dengan dominasi varietas local. Dan sebagian kecil varietas unggul seperti
varietas Kaligesing dan Wanayasa.
Kepala Bidang Holtikultura Disperhutbun Banyuwangi,
Syaifulloh menambahkan, berdasarkan angka statistik pihaknya, perkembangan
manggis pada tahun 2011 hingga 2012 mengalami penurunan. Pada 2011 produksi
manggis di Banyuwangi mencapai 29 ribu ton lebih, sedangkan pada 2012 menurun
pada angka 8600 ton.
“Namun Dispertahutbun pada periode 2013 optimis miliki
target produksi manggis hingga 23 ribu ton, dengan menambah luasan panen hampir
900 hektar,” jelas Saifulloh optimis.
Disperhutbun, sambung Saifulloh tidak hanya memberikan
pendampingan pola tanam. Namun juga penanganan pasca panen, seperti cara petik,
pensortiran manggis, pencucian, klasifikasi grade dan tak kalah penting soal
penjualan.
Hal ini disebabkan terbatasnya pengetahuan serta informasi
yang diperoleh petani dan pelaku agribisnis manggis tentang teknologi budidaya
manggis yang baik dan benar. Perlu ditempuh penerapan Standart Operating
Procedure (SOP) manggis yang mengacu pada Good Agricultural Practices (GAP)
atau Tata Cara Berbudidaya Tanaman yang baik dan benar.
“Target yang akan dicapai hingga akhir 2013 dari penerapan
SOP salah satunya adalah tercapainya produksi secara optimal dan mutu produksi
sesuai dengan standart yang diinginkan pasar lokal, nasional dan
internasional,” tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar