Sudah 30 tahun lamanya Indonesia tidak pernah membangun
pabrik gula (PG). Maka dari itulah, tatkala tiga Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Perkebunan menunjuk konsorsium PT Rekayasa Industri (Rekind) dan PT
Weltes Energi Nusantara menjadi kontraktor pembangunan PG Glenmore diBanyuwangi, Jawa Timur, kesempatan untuk membuat tonggak sejarah Indonesia terbuka lebar. Ketiga BUMN Perkebunan tersebut adalah PT Perkebunan Nusantara
(PTPN) III, XI, dan XII. "Pabrik gula modern itu adalah milestone (tonggak
sejarah) bagi Indonesia,"kata Direktur Utama Rekind M. Ali Suharsono di
kantornya, kawasan Kalibata, Jakarta Selatan pada Kamis (1/8/2013).
Secara lengkap, PG Glenmore berlokasi di perkebunan tebu
Kalirejo. Dengan nilai investasi sekitar Rp 1,5 triliun, PG Glenmore bakal rampung pembangunannya pada 2015 mendatang. Rekind, kata Ali, menjadi pemimpin
konsorsium.
Indonesia, menurut hemat Ali memang memerlukan pabrik gula
dengan teknologi modern. Dengan teknologi terkini, pabrik gula di dalam negeri
akan mampu menjawab kesenjangan ketersediaan gula di Tanah Air. Catatan
menunjukkan sampai dengan akhir 2012, produksi gula nasional berada di kisaran
2,3 juta ton. Kendati begitu, konsumsi gula nasional justru mencapai angka 4,3
juta ton. Alhasil, Indonesia mesti mengimpor gula untuk menutup selisih negatif
sekitar 2 juta ton.
Selain modern, tutur Ali, 15 pabrik gula yang menurut
rencana bakal dibangun hingga lima tahun ke depan juga mesti terintegrasi
dengan pabrik pupuk organik, pakan ternak, serta pembangkit listrik tenaga
biomassa (PTLBM). "Satu unit pabrik gula terintegrasi itu, lahan yang
dibutuhkan sekitar 20.000 hektare," tutur Ali menambahkan.
Rinciannya, target PG Glenmore memproduksi gula kristal
putih mulai dari 6.000 ton tebu per hari (TTH) hingga 8.000 TTH. Lalu, pabrik pupuk
organik bakal dikenakan target produksi 90 ton per hari. Sementara, patokan
produksi pabrik pakan ternak dan PTLBM masing-masing 300 ton dan 6 Mega Watt
(MW) per hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar