Banyuwangi dikenal memiliki kekayaan seni budaya tradisional
yang sangat luar biasa. Hal itu ditunjukkan dengan masih banyaknya ritual dan
upacara adat maupun even-even budaya yang dilaksanakan masyarakat. Salah
satunya ritual kebo-keboan
Berangkat dari kekayaan khasanah seni budaya tersebut,
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi membuat satu kemasan seni budaya
tradisional dalam sebuah even yaitu Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) yang memasuki tahun ketiga.
BEC adalah even budaya yang diharapkan mampu menjembatani
modernisasi seni budaya lokal yang selama ini tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat Banyuwangi menjadi sebuah even dalam bentuk parade
berskala internasional tanpa harus mengubah nilai-nilai yang sudah melekat di
dalam masyarakat, baik spirit maupun filosofinya.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar)
Mohammad Yanuarto Bramuda mengatakan, pekan depan para peserta BEC III yang
mengangkat tema kebo-keboan ini akan mulai menjalani presentasi kostum. Tema
kebo-keboan dipilih setelah pihaknya menerima banyak masukan dari para seniman
dan budayawan. “Setelah mengikuti workshop tentang teknik mendesain kostum,
seni me-make up diri, pendalaman terhadap karakter tiap-tiap tokoh Kebo Geni,
Kebo Bayu Tirto, dan Kebo Bumi, serta koreografi. Dan peserta akan mengikuti
presentasi kostum tahap I pada Kamis (22/8) depan,” jelasnya, Jumat (16/8).
Bram menambahkan, saat itu peserta diharapkan telah
menyelesaikan kostumnya minimal 75 persen. Sebab, mulai Senin (26/8) hingga
Kamis (29/8), para peserta akan berlatih koreografi dengan live music sesuai
subtema. Dilanjutkan dengan presentasi kostum tahap II pada Selasa (30/8).
“Sehari sebelum pelaksanaan, seluruh peserta I juga diwajibkan mengikuti gladi
bersih di venue BEC III ini,” tukasnya.
Bram juga menyatakan, prototipe kebo-keboan dipresentasikan
di depan Bupati Anas. Dalam pertemuan itu pula, langsung diputuskan tema BEC
tahun 2013, untuk menunjukkan kekhasan Banyuwangi. “Bupati Anas minta penari
Gandrung tetap ditampilkan di awal pembukaan BEC III. Setelah itu, akan tampil
kebo-keboan asli sebagaimana yang biasa ditampilkan di Desa Alas Malang.
Kemudian, dilanjutkan penampilan kebo-keboan ala BEC III,” katanya.
Tema kebo-keboan yang menginspirasi BEC III akan dibagi
menjadi tiga subtema yakni Kebo Geni, Kebo Bayu Tirto, dan Kebo Bumi. Kebo Geni
menggambarkan semangat, motivasi, amarah, dan kepahlawanan. Kebo Bayu Tirto
menggambarkan kehidupan dengan tiga warna dominan, yakni hitam, silver, dan putih.
Kebo Bumi menggambarkan tentang
kesuburan warna dominannya hitam dan emas.
Untuk diketahui, kebo-keboan merupakan salah satu ritual
khas Banyuwangi yang digelar di dua lokasi berbeda, yakni Aliyan dan Alas
Malang. Konon, ritual kebo-keboan sendiri memiliki tujuan sebagai salah satu
rasa syukur atas nikmat yang telah didapatkan masyarakat sekitar dan juga
sebagai ritual bersih desa yang biasanya dilakukan pada bulan Suro (kalender
Jawa). Selain itu, even ini juga sebagai
upacara Panen Raya yang dilakukan masyarakat keturunan Osing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar