KEBO-KEBOAN, MASKOT BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL 2013

Kebo-keboan menjadi maskot Banyuwangi Ethno Carnival 2013
Banyuwangi dikenal memiliki kekayaan seni budaya tradisional yang sangat luar biasa. Hal itu ditunjukkan dengan masih banyaknya ritual dan upacara adat maupun even-even budaya yang dilaksanakan masyarakat. Salah satunya ritual kebo-keboan

Berangkat dari kekayaan khasanah seni budaya tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi membuat satu kemasan seni budaya tradisional dalam sebuah even yaitu Banyuwangi Ethno Carnival (BEC)  yang memasuki tahun ketiga.

BEC adalah even budaya yang diharapkan mampu menjembatani modernisasi seni budaya lokal yang selama ini tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Banyuwangi menjadi sebuah even dalam bentuk parade berskala internasional tanpa harus mengubah nilai-nilai yang sudah melekat di dalam masyarakat, baik spirit maupun filosofinya.

Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Mohammad Yanuarto Bramuda mengatakan, pekan depan para peserta BEC III yang mengangkat tema kebo-keboan ini akan mulai menjalani presentasi kostum. Tema kebo-keboan dipilih setelah pihaknya menerima banyak masukan dari para seniman dan budayawan. “Setelah mengikuti workshop tentang teknik mendesain kostum, seni me-make up diri, pendalaman terhadap karakter tiap-tiap tokoh Kebo Geni, Kebo Bayu Tirto, dan Kebo Bumi, serta koreografi. Dan peserta akan mengikuti presentasi kostum tahap I pada Kamis (22/8) depan,” jelasnya, Jumat (16/8).

Bram menambahkan, saat itu peserta diharapkan telah menyelesaikan kostumnya minimal 75 persen. Sebab, mulai Senin (26/8) hingga Kamis (29/8), para peserta akan berlatih koreografi dengan live music sesuai subtema. Dilanjutkan dengan presentasi kostum tahap II pada Selasa (30/8). “Sehari sebelum pelaksanaan, seluruh peserta I juga diwajibkan mengikuti gladi bersih di venue BEC III ini,” tukasnya.

Bram juga menyatakan, prototipe kebo-keboan dipresentasikan di depan Bupati Anas. Dalam pertemuan itu pula, langsung diputuskan tema BEC tahun 2013, untuk menunjukkan kekhasan Banyuwangi. “Bupati Anas minta penari Gandrung tetap ditampilkan di awal pembukaan BEC III. Setelah itu, akan tampil kebo-keboan asli sebagaimana yang biasa ditampilkan di Desa Alas Malang. 

Kemudian, dilanjutkan penampilan kebo-keboan ala BEC III,” katanya.
Tema kebo-keboan yang menginspirasi BEC III akan dibagi menjadi tiga subtema yakni Kebo Geni, Kebo Bayu Tirto, dan Kebo Bumi. Kebo Geni menggambarkan semangat, motivasi, amarah, dan kepahlawanan. Kebo Bayu Tirto menggambarkan kehidupan dengan tiga warna dominan, yakni hitam, silver, dan putih. Kebo Bumi  menggambarkan tentang kesuburan warna dominannya hitam dan emas.

Untuk diketahui, kebo-keboan merupakan salah satu ritual khas Banyuwangi yang digelar di dua lokasi berbeda, yakni Aliyan dan Alas Malang. Konon, ritual kebo-keboan sendiri memiliki tujuan sebagai salah satu rasa syukur atas nikmat yang telah didapatkan masyarakat sekitar dan juga sebagai ritual bersih desa yang biasanya dilakukan pada bulan Suro (kalender Jawa). Selain itu, even ini juga sebagai  upacara Panen Raya yang dilakukan masyarakat keturunan Osing.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online
Adbox

@templatesyard