Menutup
rangkaian perayaan Lebaran atau biasa di sebut dengan Syawalan, warga Banyuwangi,
menggelar ritual Gelar Pitu. Dalam
ritual ini, puluhan warga saling berebut Kupat Gunggung atau gunungan ketupat
berisi uang.
Disebut
Kupat Gunggung karena ratusan cangkang ketupat ini dibentuk menggunung. Meski
bukan ketupat masak, warga tetap mengincar ketupat ini karena di dalamnya
berisi uang.
Kupat
Gunggung merupakan bagian dari ritual Gelar Pitu yang digelar sebagai penutup
rangkaian perayaan Lebaran. Ritual Gelar Pitu diawali dengan pembacaan doa yang
dipimpin sesepuh desa setempat. Usai didoakan, Kupat Gunggung diarak keliling
desa.
Turut serta
dalam iring-iringan arakan, jenang merah, pisang, serta kesenian khas Barong
dan Hadrah. Tiba di ujung desa, warga melakukan ziarah ke makam leluhur desa
setempat.
Selanjutnya,
warga melakukan sedekah bumi serta makan bersama, selamatan di tengah jalan
desa. Akhirnya yang dinantikan pun tiba: berebut Kupat Gunggung.
Meski
berdesak-desakan hingga terjatuh, warga tetap akur satu sama lain. Karena jika
sampai berselisih, warga meyakini uang yang mereka dapat tidak akan berkah.
Ritual ini
ternyata tak hanya diikuti warga setempat. Selain itu tak hanya mengharapkan
rezeki, warga yang turut berebut Kupat Gunggung juga ada yang berharap mendapat
jodoh.
Ritual Gelar
Pitu rutin diadakan setahun sekali disaat Syawalan atau penutupan perayaan
Lebaran. Harapannya, tradisi ini tidak punah dan terus dijalankan oleh generasi
selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar