Kongres Diaspora Indonesia yang berlangsung 18-20 Agustus
2013 diharapkan bisa menularkan inspirasi bagi kemajuan daerah-daerah di
seluruh Indonesia. Spirit membangun republik yang datang dari para diaspora
bisa menjadi pemacu semua daerah untuk saling berkompetisi memajukan daerahnya
masing-masing.
"Kongres Diaspora Indonesia ini sangat inspiratif,
dihadiri orang-orang yang inspiratif, dan sudah seharusnya mendonorkan semangat
bagi kita untuk memacu kemajuan Indonesia," ujar Bupati Banyuwangi
Abdullah Azwar Anas.
Anas, yang pernah menempuh program singkat ilmu
kepemerintahan di John F Kennedy School of Government, Harvard University,
Amerika Serikat, diundang mengikuti kongres tersebut.
Kongres Diaspora di Jakarta ini merupakan kongres yang
kedua, dan bertemakan The Power of Harmony in Diversity: Unleashed Worldwide.
Kongres Diaspora pertama digelar di Los Angeles, AS, pada 2012. Diaspora ini
terdiri atas warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di luar negeri, WNI yang
menjadi warga negara asing, dan warga luar negeri yang bersimpati serta
mendukung kiprah Indonesia.
Kongres Diaspora II di Jakarta dihadiri hampir 4.000 WNI
yang berada di luar negeri dan mereka yang memiliki pertalian darah dengan
Indonesia.
Anas mengatakan, kemajuan Indonesia sejatinya adalah
representasi kemajuan daerah. Karena itu, sumberdaya manusia (SDM) daerah harus
dimajukan untuk mendukung kemajuan daerah.
Kongres Diaspora harus menjadi jembatan bagi daerah untuk
menjangkau pasar global dan mengambil spirit kemajuan global untuk kemajuan
daerah.
"Dunia saat ini semakin datar. Kesempatan terbuka luas
hingga ke kawasan global. Daerah harus menjadikan diaspora Indonesia sebagai
jembatan, baik untuk pemasaran potensi produk daerah maupun peningkatan
jaringan untuk meningkatkan kualitas SDM daerah. Ada peluang pemasaran UKM,
beasiswa, dan sebagainya yang harus dimanfaatkan kita yang ada di Indonesia,
khususnya di kota-kota menengah-kecil," jelas Anas.
Dari data resmi Kementerian Luar Negeri disebutkan, jaringan
Diaspora Indonesia sudah berdiri di 26 negara. Saat ini lebih dari 4,6 juta WNI
berada di luar negeri, mulai dari Asia, Eropa, Afrika, hingga Amerika. Jaringan
ini juga diperkuat oleh jutaan warga negara asing yang mempunyai pertalian
dengan Indonesia, seperti di Suriname, Afrika Selatan, Madagaskar, dan
sebagainya.
Banyak di antara diaspora Indonesia itu memegang posisi
puncak di perusahaan kelas dunia, peneliti atau akademisi berpengaruh, hingga
tokoh-tokoh organisasi non-pemerintah (NGO).
"Global network ini harus ditransformasikan ke daerah,
agar perspektif daerah berubah ke visi global. Muaranya adalah peningkatan
kualitas hidup sosial dan ekonomi masyarakat," pungkas Anas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar