Pembangunan gedung sekolah pilot milik Akademi Teknis dan
Keselamatan Penerbangan (ATKP) di Banyuwangi, Jawa Timur, dimulai Kamis, 13
Juni 2013. Pembangunan sekolah tersebut dibiayai Kementerian Perhubungan
senilai Rp 36,9 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013.
Peletakan batu pertama untuk menandai pembangunan sekolah itu
dilakukan oleh Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Udara
Yudhi Sari Sitompul. Sekolah berdiri di atas lahan 5 ribu meter persegi di
kawasan Bandara Banyuwangi, Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi.
Menurut Yudhi, pembangunan tahap pertama tahun ini terdiri dari
asrama berkapasitas 80 orang, 12 hanggar, dan perkantoran. Kontraktor pelaksana
dimenangkan oleh PT Pangkho Megah asal Jakarta. "Targetnya, akhir 2013
sudah rampung," katanya.
Sebelum pembangunan sekolah pilot negeri di Banyuwangi, pemerintah
sudah mendirikan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug pada tahun
1952.
Meski gedung sekolah pilot Banyuwangi baru dibangun, perkuliahan
telah dimulai Januari 2013. Sebanyak 12 calon pilot angkatan pertama telah
memulai penerbangan perdana pada April lalu. Mereka berlatih menggunakan dua
unit pesawat jenis Tobago TB-10 berkapasitas dua orang.
Kemenhub (Kementerian Perhubungan) mendirikan sekolah pilot baru
untuk memenuhi kebutuhan pilot nasional. Indonesia membutuhkan 1.800 pilot
hingga 2015 mendatang. Kebutuhan pilot itu disesuaikan dengan bertambahnya
armada penerbangan di Indonesia sebanyak 300 unit.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan mendukung penuh
pendirian sekolah pilot di daerahnya. Pemerintah Banyuwangi berupaya
mengembangkan sarana-prasarana bandara hingga menambah maskapai. "Landasan
pacu akan ditambah panjangnya dari 1.800 meter menjadi 2.200 meter,"
ujarnya.
"Indonesia adalah pasar besar bagi industri penerbangan. Ke depan pasarnya terus menguat seiring stabilnya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kelas menengah. Karena itu, pengembangan SDM pilot melalui sekolah pilot di Banyuwangi ini akan sangat mendukung terciptanya industri penerbangan nasional yang kompetitif," beber Anas.
Ditambahkan Anas, ASEAN Open Sky 2015 hingga kebijakan pasar penerbangan
tunggal ASEAN 2020, membutuhkan setidaknya tambahan 4.000 pilot, 1.000 pengatur
lalu lintas, dan 4.500 teknisi. "Banyuwangi ingin ikut berkontribusi dalam
hal penciptaan pilot," pungkas Anas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar