Penerbangan perdana atau first flight itu
dilakukan Muhammad Ananditya Patria Pratama. Taruna angkatan pertama berusia 19
tahun, yang merupakan putra daerah Banyuwangi asal Benculuk itu, didampingi
instruktur penerbangan Budi Hartono, yang mengudara selama satu jam. Latihan
terbang perdana ini menggunakan pesawat Socata Tobago TB 10 Single Engine Land.
“Kita akan menyaksikan secara langsung taruna ATKP
melakukan latihan terbang perdana di Bandara Blimbingsari. Ini menandakan
sekolah penerbangan negeri resmi dimulai di area training flight Blimbingsari,”
kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Acara penerbangan perdana ini, selain disaksikan
Bupati Abdullah Azwar Anas, juga Kepala Badan Pengembangan SDM Kemenhub Santoso
Eddy Wibowo, Direktur ATKP Surabaya Kapten Rudy, serta Pilot School Manager
Banyuwangi Kapten Daniel Rumani.
Sekolah pilot negeri modern ini merupakan salah
satu terobosan penting dari Banyuwangi dan semakin melengkapi infrastruktur
pendidikan di Banyuwangi, setelah diberikannya status negeri pada Politeknik
Banyuwangi. "Dengan kegigihan Pemkab didukung DPRD Banyuwangi, kami
berhasil meyakinkan pemerintah pusat untuk membangun sekolah pilot negeri kedua
di Indonesia dengan mengambil lokasi di Banyuwangi," kata Anas.
Hadirnya Sekolah Penerbangan Negeri ini diharapkan
mampu mengharumkan nama Banyuwangi di dunia penerbangan nasional maupun
internasional. "Ini merupakan salah satu ikhtiar kami untuk terus mencari
terobosan-terobosan baru guna memajukan Banyuwangi," ujar Anas.
Sejak didirikan pada November 2012, sekolah pilot
di Banyuwangi memiliki 12 siswa untuk angkatan pertama. Sekolah penerbangan ini
merupakan salah satu jurusan ATKP Surabaya, dan merupakan sekolah pilot negeri
kedua di Indonesia, selain sekolah serupa di Curug, Tangerang, Banten.
Anas mengatakan, pengembangan SDM industri
penerbangan, termasuk pilot, harus terus dilakukan untuk menjawab kebutuhan
bisnis maskapai yang terus tumbuh tinggi. Seiring dengan menggemuknya bisnis
penerbangan, kebutuhan SDM pilot juga meningkat. Hal ini telah diantisipasi
Kementerian Perhubungan RI dengan mendirikan Sekolah Pilot Negeri baru di
Banyuwangi.
"Hebatnya lagi, sekolah pilot Banyuwangi ini
disiapkan sebagai pilot project untuk pengembangan sekolah pilot modern di
Indonesia. Bekerja sama dengan perusahaan penerbangan Boeing, sekolah penerbang
ini akan menjadi sekolah pilot internasional," ujarnya.
Saat ini, lanjut Anas, industri penerbangan
nasional tengah berada pada momentum emas untuk terus melaju. Pertumbuhannya
mencapai kisaran 15-18 persen per tahun. Tahun lalu, Kementerian Perhubungan
memprediksi total penumpang maskapai penerbangan nasional berjadwal mencapai
72.472.054, di mana 63.625.129 penumpang di antaranya merupakan penumpang
domestik dan 8.846.925 penumpang internasional.
Salah satu hal yang menunjukkan masih besarnya
potensi di bisnis penerbangan adalah masih banyaknya rute yang belum digarap.
Kementerian Perhubungan mencatat, dari 670 rute yang tersedia, baru 250 rute
yang diterbangi maskapai. Itu artinya ada 420 rute yang belum diterbangi
maskapai nasional.
"Sebagai negara kepulauan dengan 17.000 buah
pulau dan 240 juta jiwa penduduk, Indonesia adalah pasar besar bagi industri
penerbangan. Ke depan pasarnya terus menguat seiring stabilnya pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kelas menengah. Karena itu, pengembangan SDM pilot
melalui sekolah pilot di Banyuwangi ini akan sangat mendukung terciptanya
industri penerbangan nasional yang kompetitif," ujar Anas.
Menurutnya, pendirian sekolah pilot yang modern di
Banyuwangi bukan sekadar rencana karena Kemenhub sudah menyiapkan anggaran.
Ditargetkan 2016 proyek ini sudah terwujud. "Nantinya maskapai asing bisa
menyekolahkan calon pilotnya di Banyuwangi,” kata Anas.
Sementara itu, Kepala Sub Bidang Standardisasi
Pelatihan Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Udara Curug, Sigit Wijayanto
mengatakan, pendirian sekolah pilot negeri Banyuwangi sangat penting lantaran
training area Curug saat ini sudah terbatas dan terkurangi oleh aktivitas
Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Banyuwangi dipilih sebagai lokasi sekolah pilot
karena dinilai paling feasible dibanding daerah lainnya. Wilayah yang sempat
dipertimbangkan adalah Jember dan Bandara Trunojoyo Sumenep.
“Obstacles Banyuwangi relatif tidak ada, dataran
sekitarnya cukup landai. Training areanya juga masih luas sehingga masih bisa
dikembangkan,” urai Sigit. Selain itu, pemerintah daerah yang sangat kooperatif
dalam menindaklanjuti pendirian sekolah tersebut.
Sekolah pilot negeri ini akan berdiri di areal di
sekitar Bandara Blimbingsari. Dengan luas lahan yang disediakan seluas lima
hektar. “Saya diberitahu bahwa DPRD telah menyetujui penghibahan tanah lima
hektar untuk lahan sekolah pilot ini,” terang Sigit.
Untuk tahun 2013 ini, lanjut Sigit, anggaran telah
disiapkan untuk pembangunan hanggar dan asrama dengan kapasitas 80-100 taruna.
Selain itu, sekolah ini akan dilengkapi dengan 3 pesawat latih Cesna 175S,
melengkapi 2 pesawat latih yang telah ada, yakni Socata Tobago Tb 10. Saat ini
angkatan pertama taruna berjumlah 12 orang dengan 7 instruktur terbang. “Target
kami nantinya bisa mencetak 120 pilot per tahun. Itu asumsi moderat kami,” ujar
Sigit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar