Para pejabat eselon dua itumerupakan peserta Program Pendidikan
Latihan Kepemimpinan (Diklatpim) II Angkatan XXIX Badan Penelitian dan
Pengembangan Provinsi (Balitbangprov) Jatim.
Berbicara dalam acara pembukaan Diklatpim II Angkatan XXIX di
Surabaya, Senin (18/3/2013), Bupati Banyuwangi memaparkan kiat-kiat memimpin
daerahnya. Pada era otonomi, begitu banyak ruang yang bisa dimanfaatkan untuk
memajukan daerah dan menyejahterakan rakyat.
"Dengan berbagai terobosan kebijakan di daerah, saya ingin
tidak lagi mengeluh ke pusat," kata Azwar Anas.
Menurut Azwar Anas, terobosan itu antara lain mendorong potensi
di luar APBD dalam upaya pengentasan kemiskinan. Seperti memanfaatkan dana CSR
perusahaan-perusahan di Banyuwangi untuk pengentasan kemiskinan. Itu misalnya
berhasil mengentaskan kemiskinan di Kecamatan Wongsorejo.
Pemkab Banyuwangi mempunyai kebijakan yang terintegratif dalam
upaya pengentasan kemiskinan. Dalam upaya pemberantasan kemiskinan, pemkab juga
melakukan desain tata ruang.
"Dengan desain tata ruang yang menetapkan peruntukan
Kecamatan Wongsorejo sebagai kawasan industri, bisa mendongkrak kesejahteraan
masyarakat sehingga disana meningkat kemiskinan bisa ditekan," ungkap
Azwar Anas.
Bahkan dengan investasi yang masuk, lapangan kerja akan
tercipta. Angka kemiskinan pun akan merosot. Di Banyuwangi dari sebelumnya
kemiskinan masih di atas 20 persen, sekarang sisa 10 persen.
"Kami punya sejumlah terobosan dan program pembangunan,
yang langsung atau tidak tentu akan mengurangi kemiskinan, termasuk upaya
pemkab mendorong ekoturisme, untuk sejumlah potensi wisata di Banyuwangi.
Apalagi sekarang sudah ada penerbangan ke Banyuwangi," katanya.
Apa yang sudah diraih Banyuwangi, termasuk upaya pengentasan
kemiskinan membuat daerah lain iri. Seperti diungkap Mustain dari Lombok Utara,
NTB. Dia mengatakan, Lombok Utara, merupakan kabupaten pemekaran yang usianya
baru empat tahun, dengan angka kemiskinan masing tinggi hingga 43 persen.
Sejumlah kebijakan di Kabupaten Banyuwangi bisa dicontoh.
"Rencananya, kami akan berkunjung ke Banyuwangi untuk
mempelajari berbagai kiat pengentasan kemiskinan di sana," ujar Mustain,
dalam forum tanya jawab.
Salah satu indikator kemajuan ekonomi Banyuwangi yang juga
diungkap Bupati Banyuwangi adalah kinerja perbankan yang tumbuh tinggi di
wilayahnya. Simpanan masyarakat di perbankan (dana pihak ketiga) di Banyuwangi
meningkat 24 persen sepanjang 2012 menjadi Rp 4,2 triliun.
Tingkat persentase pertumbuhan tersebut lebih baik dibandingkan
dengan kabupaten/kota lain. Tingkat pertumbuhan simpanan masyarakat Banyuwangi
di bank melampaui rata-rata pertumbuhan seluruh Jatim yang hanya 16 persen.
Untuk kredit di Banyuwangi sepanjang 2012 meningkat 18,5 persen menjadi Rp 5,7
triliun.
Peningkatan ini lebih tinggi dibandingkan dengan kota/kabupaten
lain di Jatim.
Komposisi simpanan dan kredit di Banyuwangi menunjukkan loan
to deposit ratio (rasio
simpanan terhadap kredit) mencapai lebih dari 100 persen. Itu menunjukkan bank
di Banyuwangi sangat aktif menyalurkan kredit seiring dengan geliat ekonomi di
daerah paling timur Pulau Jawa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar