Arsitektur bangunan guest house di Pendopo Bupati Banyuwangi
cukup unik dan menarik. Bangunannya seolah mampu berkamuflase menjadi taman
rumput nan hijau, lengkap dengan pancuran air otomatisnya.
Green House. Demikian Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas
lebih suka menyebutnya. Green House ini dibangun sedemikian rupa dengan bantuan
arsitek nasional ternama. Dibangun di atas permukaan tanah namun ditimbun tanah
sehingga kesannya seperti bungker.
Ada dua bangunan green house tersebut. Yang pertama berada
di barat dari bangunan utama Pendopo. Green house Barat memiliki sejumlah
ruangan. Diantaranya 6 kamar dan ruang makan serta lobi. Di dinding lorongnya
terpasang lukisan reproduksi bertema perjalanan sejarah Banyuwangi.
Dan bangunan green house kedua berada di timur bangunan
utama pendopo. Bangunan yang ini berfungsi sebagai tempat rapat, kantor atau
sekretariat kegiatan.
Kedua bangunan itu bila diamati dari luar akan terlihat
seperti sebuah taman. Hamparan taman yang menghijau karena subur ditumbuhi rumput
dengan kontur tanahnya yang memiliki kemiringan 60 derajat. Padahal bila
dicermati itu semua tak lain bagian atap dari green house.
Meski tertutup rapat oleh tanah. Namun pencahayaan di dalam
bangunan sangat terang disaat siang hari. Cahaya yang menerangi bukan dari
lampu listrik. Melainkan dari cahaya matahari yang masuk melalui celah pemecah
sinar matahari yang telah direkayasa sedemikian rupa.
Pengamatan detiksurabaya.com, di green house ini terdapat
tujuh kamar yang isinya cukup lux, bak hotel berbintang. Di bagian luar kamar,
terdapat taman mini untuk bersantai.
"Bangunan ini konsepnya lebih mengembalikan ke alam.
Kalau siang di kamar cukup benderang dengan cahaya matahari. Hemat energi
kan," kata Anas saat berbincang dengan detiksurabaya.com, Selasa
(11/12/2012).
Tidak hanya bangunan guest house yang konsepnya Go Green.
Semua bangunan di pendopo yang berfungsi sebagai wisma Bupati Banyuwangi, ini
mengusung konsep yang sama. Dan yang membuat Anas suka, dengan konsep yang
diusung tersebut sama sekali tidak menghilangkan kesan eksklusif.
"Tembok rumah warga yang berada di belakang pendopo
tetap kelihatan semua. Ini simbol bahwa kita tidak ada jarak dengan rakyat. Ini
saya sangat suka," katanya sambil menunjukkan tembok warga yang terlihat
di balik guest house.
Tak cukup di situ. Anas juga menghancurkan pagar pendopo di
bagian depan. Tembok depan yang sebelumnya tinggi kini dipangkas menjadi kurang
dari setengah meter.
"Semua ini batu yang menghiasi dinding pagar maupun
tembok di guest house asli Banyuwangi. Ke depan bangunan di pendopo ini akan
menjadi cagar budaya," urai Anas.
Anas berkeinginan pendopo bukan lagi tempat angker bagi
masyarakat untuk berkunjung. Sebab itu, ke depannya pendopo akan dibuka untuk
umum. Setiap seminggu sekali akan ada Open house bagi masyarakat yang ingin
melihat dan merasakan keindahan di pendopo.
"Biar masyarakat bisa menikmatinya juga," tandas
bupati termuda di Indonesia ini.
Bupati yang pernah menjadi anggota MPR dan DPR RI ini yang
banyak memiliki segudang cita-cita untuk mengenalkan Banyuwangi ke dunia
internasional ini berharap nantinya para tamu kabupaten tak lagi menginap di
hotel. "Sudah bisa di guest house, begitupula kalau rapat sudah ada tempat
yang representatif," katanya.
Detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar