Ribuan
warga Banyuwangi, Sabtu (17/11/2012) sore memadati Pantai Boom di Desa Mandar,
Kecamatan Banyuwangi. Mereka menghabiskan akhir pekan dengan menyaksikan parade
Gandrung Sewu yang pertama kali digelar di sana. Seribu lebih pelajar SD, SMP,
dan SMA di Kabupaten Banyuwangi menari Gandrung secara massal di Pantai Boom
Banyuwangi. Menari Gandrung massal diharapkan mampu menambah kecintaan para
pelajar terhadap budaya lokal.
Kepadatan
mulai tampak sejak di Jalan Nusantara hingga menuju pantai, yang merupakan
satu-satunya akses jalan menuju Pantai Boom. Ribuan warga dengan berbagai
kendaraan membuat arus lalu lintas menjadi padat. Tak pelak,
arus lalu lintas macet. Ekor kemacetan mencapai sekitar 4 km. Jalur masuk dan
keluar ke pantai Boom penuh sesak kendaraan roda dua dan empat yang berebut
jalan. Keadaan diperparah dengan tata parkir yang tidak
teratur dan terlalu banyaknya pejalan kaki.
Di area
pagelaran, penyelenggara sempat direpotkan oleh banyaknya penonton yang terus
merengsek ke area pagelaran. Bahkan, sejumlah petugas terpaksa meminggirkan
mereka dengan kuda maupun motor agar para penari mendapatkan ruang untuk
memulai menari.
Acara diawali dengan kesenian Kuda Lumping Buto.
Dan dilanjutkan dengan aksi teatrikal yang mengisahkan sejarah asal muasal
tarian Gandrung. Penampilan Gandrung Sewu menjadi acara pamungkas. Sebanyak
1.044 penari Gandrung yang rata-rata pelajar putri SMP dan SMA menari secara
massal. Para penari benar-benar menghibur dan menghipnotis yang menontonnya.
"Animo warga luar biasa, saya puas.
Kekurangan yang ada akan diperbaiki di acara tahun depan," kata Bupati
Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Pagelaran
yang diberinama 'Gandrung Sewu' itu, kata Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar
Anas, dikemas tidak hanya tarian semata, namun lengkap dengan drama kolosal
sejarah tari Gandrung Banyuwangi. ''Dikemas dengan cerita kolosal agar
masyarakat tahu sejarah tarian Gandrung,'' katanya.
Dibuka dengan cerita VOC Belanda yang menguasai
Banyuwangi dan memperbudak rakyat Banyuwangi. Setelah melakukan penyiksaan
kepada warga pribumi, para penjajah biasa berpesta dengan menari diiringi
penari gandrung yang saat itu bukan perempuan, namun laki-laki.
Perlawanan terus dilakukan oleh pribumi, hingga
pada saat Belanda berhasil diusir dari bumi Indonesia. Namun tari Gandrung
tetap dilestarikan hingga sekarang sebagai warisan budaya Banyuwangi.
Demikianlah info PARADE GANDRUNG MASSAL HIPNOTIS RIBUAN WARGA BANYUWANGI
Terima kasih telah berkunjung ke Info Banyuwangi,
semoga bermanfaat bagi Anda.
sukses untuk kesenian indonesia, semoga daerah2 lain mengikuti jejak daerah2 yang telah melaksanakan event semacam ini ^,^
BalasHapus