Nama
Banyuwangi semakin melejit di kawasan tapal kuda Jawa Timur. Pertumbuhan
ekonomi kabupaten paling ujung di koridor timur ini mencapai 7.22 persen,
melampaui pertumbuhan ekonomi nasional hingga akhir tahun lalu yang sebesar 6.4
persen. Tak hanya itu, posisi penyaluran kredit telah bertumbuh sekitar 33
persen per Juni 2012 dibandingkan dengan periode yang sama di 2011. Angka
pertumbuhan kredit ini lebih tinggi dari pertumbuhan kredit nasional yang
sekitar 25 persen. Fakta ini memberikan harapan Banyuwangi untuk mendobrak
doktrin bahwa dinamika ekonomi jawa timur berpusat di koridor utara-selatan.
Kresnayana
Yahya menyatakan bahwa di Banyuwangi masih banyak resource yang layak
dioptimalkan, yang berpeluang sebagai lahan investasi. Di samping potensi perikanan
yang sudah jelas kontribusinya, sektor maritim, pariwisata, pertanian, dan
industri merupakan potensi pendongkrak ekonomi yang dapat diunggulkan.
Yang terbaru
adalah sektor pertambangan. Anas, Bupati Banyuwangi, menyatakan, tercatat bahwa
produksi penambangan emas Banyuwangi besarnya dua kali lipat dari Newmont.
Namun, sektor ini harus di bawah pengendalian ketat pemkab. Pengendalian ini
bertujuan untuk menghindari resiko besar benturan pertumbuhan sektor
pertambangan ini dengan salah satu sektor utama Banyuwangi, pariwisata.
Untuk
mengantisipasi berbagai kemungkinan benturan antar sector, pemkab banyuwangi
sedang menyegerakan penuntasan “zonasi tata ruang”. Banyuwangi bagian utara
telah dipetakan sebagai kawasan industry. Zona selatan dengan keunggulan
kedalaman tepian laut mencapai 18m dipercayakan sebagai kawasan pelabuhan.
Selain itu kawasan selatan telah dipersiapkan pula untuk lokasi bandar udara,
galangan kapal, dan area pertanian. Banyuwangi bagian tengah diersiapkan
sebagai sentra UMKM. Sedangkan bagian barat dimaksimalkan untuk produksi hasil
perkebunan dan kehutanan.
Untuk sektor
pariwisata, lokasi kabupaten ini begitu strategis, karena merupakan gerbang
menuju pulau Bali. Dalam waktu dekat pemkab akan menyuguhkan situs pariwisata
terbaru dengan mengemas ulang situs Watu Dodol. Yang dipersiapkan bukan sekedar
sebagai rest area bagi wisatawan yang hendak ke Bali, namun sebagai salah satu
tujuan wisata utama sekelas Jatim Park di Malang maupun situs wisata sejenis.
Pada sektor
Industri, sebagian besar pemkab mempercayakan urusannya kepada pihak swasta.
Direncanakan akan dibangun pabrik otomotif truk oleh produsen dari eropa dan
india. Kementrian BUMN pun telah menyiapkan pabrik gula modern dan terbesar di
Indonesia. Rencana ini juga mendukung sektor pertanian Banyuwangi yang
merupakan salah satu produsen besar gula di Indonesia. Sektor agro industry
juga disemarakkan dengan rencana pembangunan pabrik santan. Dengan ini
harapannya akan meningkatkan nilai jual produksi kelapa lokal Banyuwangi.
Untuk
mendukung prediksi lonjakan pertumbuhan ekonomi ini, Anas menyatakan bahwa
pemkab melakukan strategi khusus terkait dengan pembangunan infrastruktur di
tengah himpitan keterbatasan APBD. Pada langkah awal ini, APBD tidak digunakan
untuk membuat infrastruktur baru, namun dioptimalkan untuk peningkatan kualitas
infrastruktur yang sudah ada, khususnya akses jalan raya. Tahun ini dilakukan
perbaikan jalan hingga 250 KM.
Menurut
Kresnayana, salah satu raw resource besar Banyuwangi adalah tersedianya sumber
air. Namun resource ini belum dioptimalkan penggunaannya. Pengembangan
infrastruktur pengolahan air ini akan sangat berguna untuk perkembangan
pertanian dan perkebunan. Melihat potensi tersebut, Kresnayana memprediksikan
bahwa Banyuwangi mampu mengambil peran sebagai penyedia bahan pangan nasional.
Dinamika
ekonomi Banyuwangi diiringi pula dengan peningkatan kualitas kehidupan sosial
masyarakatnya. Tercatat oleh BPS bahwa IPM Banyuwangi tahun 2011 telah mencapai
angka 72.9, lebih tinggi dari IPM Jawa Timur yang sebesar 72.15. Indeks ini
ditopang meningkatnya indeks pendidikan.
Menanggapi
fenomena ini, Anas menyatakan bahwa pemkab sedang mengupayakan transformasi
Politeknik Banyuwangi (Poliwangi) menjadi Politeknik Negeri Banyuwangi.
Politeknik negeri ini memiliki tiga fokus studi baru yang dinilai mampu
mendukung kemajuan Banyuwangi: petanian, perikanan, dan pariwisata. Upaya ini
sekaligus sebagai upaya mempersiapkan SDM untuk mendukung motor ekonomi
Banyuwangi.
(Disarikan
dari Dialog Prospektif Bisnis Enciety di SSFM 100 28/09/12, Pemandu: Drs.
Kresnayana Yahya, MSc., Narasumber: Abdullah Azwar Anas, M.Si, Bupati
Banyuwangi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar